Senin, 04 Juni 2012

Laporan Penanaman Kultur Jaringan


I.  PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bioteknologi pertanian adalah perpaduan ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme atau bagian dari tubuh organisme dalam teknologi untuk menghasilkan suatu yang bermanfaat. Bioteknologi merupakan salah satu pencapaian teknologi yang sangat penting dalam sejarah umat manusia.
Dengan teknologi ini manusia telah mencapai suatu aras pemahaman dan aplikasi ilmu yang mempunyai implikasi sangat luas bagi kehidupan manusia maupun alam. Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang yang penting dalam pengembangan bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan.
Kultur jaringan adalah upaya untuk megisolasi atau mengelolah makhluk hidup baik itu mengisolasi organ, jaringan, protoplasma, maupun organel dii tempat yang steril (aseptik lingkungan sesuai) yang bertujuan untk menghasilkan tanaman mini yang sempurna.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secar akonvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptic di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kulltur in vitro. Dikatakanin vitro (bahasa Latin), berarti "di dalamkaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai teknik penanaman dalam botol kultur serta bentuk sterilisasi yang dilakukan dalam penanaman dalam media.
1.2.        Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara melakukan penanaman kultur jaringan.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa dalam mempelajari kultur jaringan.
II.   TINJAUAN PUSTAKA
Problem terbesar yang dihadapi para tissue culturist adalah kontaminasi mikroba pada kultur (baik bakteri maupun jamur). Dua cara dapat dilakukan untuk mengurangi kontaminasi kultur, yaitu (Anonim, 2009):
1.    Metode fisik
Metode fisik untuk ditujukan untuk mengatasi kontaminasi mikroba dimaksudkan untuk mengurangi ukuran populasi mikroba. Cara ini meliputi: mengekspos tanaman induk dengan kondisi kekeringan selama 3 – 4 minggu sebelum mulai kultur jaringan. Tanaman diberi air yang cukup, dipupuk, dan diberi pestisida atau fungisida jika perlu. Kelebihan pengairan mesti dihindari. Tabel berikut memperlihatkan populasi organisme mikro pada bunga tomat yang dipelihara dalam kondisi yang berbeda.
Pada saat memulai kultur jaringan, tanaman dicuci bersih, dan bagian yang tidak akan dikulturkan segera dibuang. Pembersihan meliputi pencucian, penggosokan yang merata untuk membuang semua partikel tanah dan daun mati. Termasuk juga membuang sebagian besar daun, karena kebanyakan daun tidak digunakan dalam kultur.
Bahan tanaman kemudian dicuci dibawah air mengalir selama 20 menit, sampai beberapa jam, tergantung sumber bahan tanaman. Ini sama artinya dengan membuang jutaan mikroba ke drainase.
2.    Metode Kimia
Metode ini dapat dilakukan dengan larutan sodium hypochlorite (NaOCl). Kebanyakan lab menggunakan bleach (pemutih) seperti Bayclin, yang mengandung 4% chlorine tersedia. 25 mL Bayclin yang dibuat menjadi 100 mL dengan penambahan air destilata akan memberi konsentrasi 1% chlorine tersedia. Karena kemurniannya, hypochlorite memiliki aktivitas yang kecil pada pH melebihi 8.0 dan akan lebih efektif jika pH diatur menjadi sekitar 6.0 dengan penambahan HCl (Behagel, 1971). Untuk meningkatkan kesuksesan menggunakan chlorine, langkah berikut semestinya diikutsertakan:
Tambahkan deterjen ke larutan kloringe, misalnya beberapa tetes Tween 20 atau Triton. Berikan sedikit tekanan pada perlakuan chlorine. Ini dapat dilakukan dengan desikator vakum yang disambungkan ke air atau pompa tipe lain. Goyang-goyangkan (agitasi) larutan klorine secara manual atau dengan menggunakan shaker selama periode disinfestasi.
Semua teknik tersebut akan meningkatkan kontak tanaman dengan larutan klorine. Lama perlakuan dengan larutan klorin yang diperlukan akan berbeda-beda, tergantung tipe dan sensitivitas bahan tanaman. Setelah eksplan selesai di sterilisasi, eksplan perlu dipotong supaya efektif dalam penanaman dan hasil yang diharapkan. Pemotongan dan penanaman eksplan dilakukan di LAF untuk tetap menjaga kondisi aseptiknya. Laminar air flow cabinet biasanya disteriliasi permukaan dengan 70% alkohol (v/v). Meskipun alcohol asam (70% v/v, pH 2.0) mungkin lebih efektif sebagai desinfektan, jarang digunakan karena memiliki efek korosif pada permukaan logam. Semua alat dibenamkan pada larutan 70 – 80% (v/v) ethanol dan dipanasi dengan lampu spiritus sebelum digunakan. Agar aman, sebaiknya wadah yang mengandung alcohol untuk pemanasan (flaming) diletakkan pada suatu wadah dengan dasar yang berat. Ini mencegah jatuhnya wadah alcohol akibat tersenggol secara tidak sengaja yang dapat menyebabkan kebakaran dalam laminar. Sebagai aturan umum, buanglah alkohol yang tersisa pada beaker glass setelah melalukan pengkulturan (Anonim, 2009).
III. METODOLOGI
3.1.      Tempat dan Waktu
            Praktikum penanaman kultur  ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada Hari Kamis, 26  Maret 2011 pukul 16.00 sampai selesai.
3.2.      Alat dan Bahan
   Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Laminar Air Flow, Botol kultur yang berisi media, Scalpel, Sprayer, Pinset, Api Bunsen, Cutter/gunting, Petridish, Masker, dan Tisue.  Adapun bahan yang digunakan yaitu Alkohol 70%, Aquades steril.
3.3.      Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
1. Sebelum digunakan ruang penabur disterilkan dengan sinar UV selama 30 menit atau dengan menyemprotkan alcohol 96% ke bagian tangan dan botol yang berisi media
2. Alat-alat yang digunakan diatur dengan rapi pada LAF, posisi scalpel dan pinset serta alcohol 96% yang digunakan untuk mensterilkan dissecting kit (scalpel dan pinset) disebelah kiri Bunsen sedangkan botol kultur disebelah kanan.
3. Petridish diletakan dibagian tengah, setiap selesai eksplant dipotong petridish ditutup kembali untuk menghindari kontaminasi.
4. Selesai digunakan alat disterilkan dengan alkohok dan dibakar dengan Bunsen.
5. Sebelum masuk kedalam LAF semua seperti botol dan tangan harus disterilkan dengan alcohol 96%.
6. Setiap selesai menggunakan pinset maupun scalpel, lalu dicelupkan  
    kedalam alkohol, lalu dibakar pada nyala api bunsen.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil                                                              
4.2.  Pembahasan
Penanaman eksplan kentang dilakukan di dalam LAF (Laminar Air Flow). Berdasarkan namanya, laminar ini mengandung pergerakan udara yang steril. Sehingga memungkinkan bekerja melakukan penanaman dalam kondisi yang steril. Dalam melakukan penanaman, beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah (Anonimous, 2009):
1. Semprot atau usap bagian dalam laminar flow cabinet dengan 70% etil atau isopropyl alcohol sebelum menghidupkan cabinet. Alcohol 70% penting dinguankan, absolute alcohol (95%) tidak membunuh mikroba)
2. Hidupkan cabinet. Jika anda menggunakan lampu UV pastikan anda sudah mematikannya sebelum meletakkan bahan tanaman di dalam cabinet.
3. Semprot semua wadah dan bahan dengan ethanol 70% sebelum meletakkannya dalam cabinet.
4. Cuci tangan dan lengan dengan sabun dan air dan usap dengan 70% ethanol sebelum mengambil tanaman. Penting dicatat bahwa ethanol memiliki efek residual; karenanya sebaiknya menggunakan Hexifoam (desinfektan untuk kulit).
5.   Jika menggunakan api, berhati-hatilah
6. Atur ruang kerja dalam cabinet sehingga tidak banyak gerakan tangan menyilang di dalam cabinet.
7. Jika bahan tanaman jatuh ke permukaan cabinet, anggap terkontaminasi dan buang
8. Setelah selesai mentransfer kultur, matikan cabinet, semprot atau usap dengan 70% ethanol dan tutup cabinet.
Eksplan atau dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Organisme–organisme tersebut secara universal terdapat pada jaringan tanaman. Banyak yang bersifat non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang pada kondisi normal. Kondisi kering dan adanya organisme competitor menyebabkan mereka dalam kondisi terkontrol. Tapi, kondisi in vitro yang disukai eksplan, yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi dan suhu yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang seringkali tumbuh dan berkembang sangat cepat, mengalahkan eksplan.
Meskipun usaha sterilisasi untuk menciptakan lingkungan yang aseptic sudah sering dilakukan, namun kontaminasi masih sering terjadi. Kontaminasi yang terjadi diperkirakan disebabkan oleh mikrobia golongan protista. Yaitu Kapang lendir seluler yang menurut Susilowati (2001) adalah genus Dictyostelium. Hal ini ditentukan berdasarkan morfologi koloni yaitu adanya plasmodium yang tersebar di seluruh permukaan medium kultur yang terkontaminasi. Plasmodium ini lama kelamaan membentuk agregrat berupa benang miselium yang sangat halus dan menjadi pusat koloni.
Sebagai sumber utama kontaminan, eksplan memiliki perlakuan khusus pada proses sterilisasinya. Diantranya adalah pencucian dengan menggunakan deterjen ditujukan untuk menghilangkan sisia-sisa tanah pada umbi eksplan. Selanjutnya di rendam dalah alkohol untuk menghilangkan atau membunuh kuman. Selanjutnya dicelupkan pada larutan klorok untuk membunuh mikroba terutama yang ada di bagian dalam eksplan. Digunakan pula fungisidad untuk membunuh spora ataupun cendawan yang diperkirakan ada pada eksplan.

V. PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penanaman eksplan dilakukan di LAF (Laminar Air Flow). Penggunaan alat sebelumnya sudah dalam keadaan steril. Penanaman dilakukan dengan cara mencelupkan scalpel dan pinset ke dalam alcohol 96% lalu dibakar pada nyala api Bunsen. Setelah itu alat baru bisa digunakan untuk menanam. Pada setiap botol kultur, diisi 3 potong eksplan.
5.2.  Saran
1.    Untuk laboratorium agar dibersihkan dan dirapikan alat-alatnya
Untuk asisten agar memberikan penjelasan secara detail tentang praktikum ini ke pada para praktikannya

Laporan Pembuatan Media Kultur Jaringan


I.      PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian tanaman, seperti jaringan, organ, ataupun embrio, lalu dikultur pada medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensisi menjadi tanaman  lengkap. Jaringan yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan tanaman  adalah kalus, sel, dan protoplas; sedangkan organ tanamannya meliputi pucuk, bunga, daun dan akar.
Teknik kultur jaringan tanaman memiliki prospek yang lebih baik daripada metode perbanyakan tanaman secara vegetative konvebsional dikarenakan keuntungan-keutungan berikut ini. Pertama, jutaan klon dapat dihasilkan dalam waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal. Dengan metode vegetative konvensional diutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah yang sama dan jumlah bahan awal yang diperlukan pun lebih besar. Kedua, teknik kultur jaringan menawarkan suatu alternative bagi spesies-spesies yang resisten terhadap sistemp perbanyakan vegetative konvensional dengan melakukan manipulasi terhadap factor-faktor lingkungan , termasuk penggunaan zat pengatur tumbuh. Ketiga, kemungkinan untuk mempercepat pertukaran bahan tanaman di tingkat internasional. Apabila ditangani secara hati-hati, status aseptik dari bahan tanaman mengurangi kemungkinan bagi introduksi ataupun penyebaran penyakit tanaman. Keempat, teknik kultur jaringan tidak tergantung pada musim.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu diadakan praktikum mengenai cara pembuatan media. Hal ini dimaksudkan agar segala hal yang diketahui tentang kultur jaringan bukan hanya sekedar mengetahui tentang adanya kultur jaringan, tetapi dapat membuat bibit tanaman melalui kultur jaringan. Agar semua yang diketahui tentang kultur jaringan bukan sekedar teori, tetapi dapat diaplikasikan dalam praktikum untuk dijadikan pengabdian kepada masyarakat.
1.2.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pembuatan media kultur jaringan ini yaitu untuk mengenalkan pembuatan media tanam dari stok-stok bahan kimia.
Kegunaanya yaitu sebagai bahan informasi bagi mahasiswa khusunya mengenai pembutan media kultur jaringan.
II.    TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Sany, 2007).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Anonim, 2008).
Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan pembuatan larutan stok. Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan-bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam lemari pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan stok yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani, 2002). 
Hormon adalah bahan organik yang disintesa pada jaringan tanaman. Hormon diperlukan dalam konsentrasi rendah untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak molekul sintetis organik yang telah dikenal memiliki aktivitas serupa hormon. Senyawa sintetis dan hormon yang secara alami ada, dikenal dengan sebutan zat pengatur tumbuh (Heddy, 1991). 
Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan pada media disimpan dalam gelap pada refrigerator sebagai larutan stok. Sedikit volume (misalnya 50 mL) larutan stok mengandung 1 mg mL-1 ZPT dapat disimpan untuk beberapa lama. Kestabilan zpt bervariasi: kinetin dan IAA tidak stabil pada kondisi cahaya, sehingga biasanya disimpan pada botol berwarna gelap. Juga, IAA kehilangan aktivitasnya pada larutan aqueous sehingga larutan stok IAA sebaiknya tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama (Gunawan ,2001).
Auxin (IAA) dalam budidaya jaringan berperan dalam mempengaruhi perkembangan dan pembesaran sel, sehingga tekanan dinding sel terhadap protoplasma berkurang, hal ini mengakibatkan protoplast dapat mengabsorbsi air di sekitar sel, sehingga sel menjadi panjang terutama sel-sel di bagian maristem. Di sisi lain NAA dapat juga mendorong terbentuknya sejumlah sel yang cukup banyak tetapi tidak membelah, kumpulan dari sel ini yang disebut kalus. Kalus terbentuk karena terjadinya penumpukan sel-sel yang mengembang akibat dari masuknya air, unsur hara dan ZPT ke dalam sel, semua bahan tersebut tidak dapat disebarkan ke seluruh tubuh tanaman seperti akar, batang, dan daun, sehingga berkumpul di satu titik (Mariska dan Purnamaningsih, 2001).
III.   METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum pembuatan stok ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Lantai 4, Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada Hari Kamis, 21 Maret 2011 pukul 16.00 sampai selsai.
3.2. Alat dan Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah stok A, stok B, stok C, stok D, stok E, stok F, zat pengatur tumbuh dan senyawa NaOH/HCl untuk pengukuran pH.
            Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala, hot plate magnetic stirrer, mikro pipet, botol-botol tempat media, pH meter, dan autoklaf untuk sterilisasi.
3.3. Prosedur Kerja
             Prosedur kerja dari praktikum ini adalah :
Ø  Menyiapkan gelas piala yang diisi dengan aquades secukupnya sebagai pelarut (volume akhir tidak melebihi volume yang dikehendaki),
Ø  Setelah itu diletakkan di atas hot plate magnetic stirrer, kemudian stirrer dihidupkan.
Ø  Disiapkan stok-stok dan zat pengatur tumbuh. Masing-masing stok unsur hara diambil sesuai volume yang tertera pada massing-masing botol stok (disesuaikan dengan volume media yang akan dibuat), dimasukkan ke dalam gelas piala sesuai dengan urutannya.
Ø  pH diukur hingga mencapai 5,7-5,8, bila terlalu asam dapat ditambahkan NaOH, dan bila terlalu basa ditambahkan HCl.
Ø  Aquades ditambahkan sampai volume yang dikehendaki, kemudian ditambahkan agar dan pemanas pada hot plate magnetic stirrer dinyalakan, tunggu sampai larutan masak dan homogen.
Ø  Botol-botol sebagai tempat media disiapkan. Media yang telah masak dituang ke dalam botol-botol media, kemudian tutup dengan menggunakan tutup plasstik atau alumunium foil.
Ø  Media disterilkan dengan autoklaf dengan suhu 1200 C dan tekanan 1 atm selama 20-25 menit. Media tanam siap digunakan. 
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil
4.    2.  Pembahasan
Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media :
1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther.
2. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya. 
3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap (Dalton et al, 1983). Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh pengendapannya belum diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.
Media Gamborg B5 (media B5) pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+ antara 0.5-3 mM
V.    PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Media MS adalah media yang digunakan untuk perbanyakan hampir semua tanaman hortikultura. Stok-stok yang digunakan yaitu stok A,B,C,D,E,F dan hormone zat pengatur tumbuhnya yaitu BAA.
5.2.  Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan media tanam ini praktikan tidak hanya diberikan penjelasan seperti materi, tapi untuk pembuatannya juga diberi kesempatan untuk membuat sendiri sehingga tidak menimbulkan kekecewaan bagi praktikan dengan bahan yang dibawahnya.

Laporan Pengenalan Alat Kultur Jaringan


I.      PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Bioteknologi merupakan pemanfaatan makhluk hidup untuk mengubah bahan menjadi produk dan jasa dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah. Tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang besar, sedangkan hewan memiliki sifat totipotensi yang kecil, tapi pada saat fase embrio hewan memiliki sifat totipotensi yang besar.
Kultur jaringan adalah menumbuhkan sel atau jaringan pada medium tertentu dalam kondisi suci hama(aseptis), melalui kultur sel perbanyakan tumbuhan/hewan dapat dilakukan secara cepat, jumlahnya terbatas, hemat tempat dan waktu, serta memiliki sifat identik. Perbanyakan itu melalui teknik kloning (reproduksi sexual). Kultur sel tumbuhan dapat ditumbuhkan menjadi individu baru, sedangkan kultur sel hewan tidak bisa.
Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan harus steril. Maka dari itu dalam laboratorium bioteknologi terdapat ruangan- ruangan khusus yaitu ruang sterilisasi, ruang media, laboratorium, ruang dokumentasi, dan laboratorium produksi kultur. Dalam ruang sterilisasi terdapat botol kultur, cawan petridish, oven, tabung reaksi, autoclave, kompor listrik, dan inkubator. Dalam ruang media terdapat botol-botol kultur yang berisi media yang tempatkan pada rak penyimpanan khusus. Dalam laboratorium terdapat timbangan analitik dan pipet micron. Dalam ruang dokumentasi terdapat pH meter. Dan dalam laboratorium produksi kultur terdapat laminar air flow.
Maka berdasarkan hal tersebut di atas, perlu di lakukan pengenalan alat-alat dalam pembuatan media kultur jaringan. Hal ini di harapkan dapat membantu jalannya praktikum selanjutnya yaitu pembuatan media.
1.2.        Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan dan sterilisasinya.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa dalam mempelajari kultur jaringan.
II.   TINJAUAN PUSTAKA
            Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Tribowo, 2008).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Zulkarnain, 2009).
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril (Aryulina, 2004).
   Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan yaitu botol kultur, cawan petridish, oven, tabung reaksi, autoclave, kompor listrik, incubator, Erlenmeyer, rak penyimpanan media, timbangan analitik, pipet micron, pH meter dan laminar air flow (Anonim, 2011).
Fungsi dari botol kultur yaitu tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Cawan petridish berfungsi sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur. Oven berfungsi sebagai alat sterilisasi kering. Tabung reaksi digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isolasi khloroplas. Autoclave berfungsi untuk mensterilkan bahan atau alat yang pada umumnya terbuat dari logam, plastik, karet, tekstil gelas juga liquid (cairan) dalam keadaan terbungkus maupun tidak. Kompor listrik untuk pemanas saat memasak media. Inkubator berfungsi untuk mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Erlenmeyer berfungsi sebagai alat penampung bahan yang akan dipanaskan. Rak penyimpanan media berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan media yang telah jadi. Timbangan analitik berfungsi sebagai alat untuk menimbang nutrisi. Pipet micron berfungsi untuk mengambil nutrisi yang akan diberikan pada media. pH meter berfungsi untuk mengukur pH suatu media. Dan laminar air flow berfungsi sebagai tempat untuk sterilisasi media (Anonim, 2010)
            Botol-botol kultur, tabung reaksi, erlenmeyer dan cawan petridish yang dipergunakan sebagai wadah kultur jaringan biasanya disterilisasi dalam oven. Botol-botol yang sudah dicuci bersih dimasukkan dalam oven dan dipanaskan selama 4 jam pada temperatur 160°C. Setelah disterilisasi dapat langsung digunakan. Bila botol akan disimpan untuk beberapa lama maka sewaktu sterilisasi, mulut botol harus ditutup dengan aluminium foil (Anonim, 2010).
            Alat sterilisasi baik media maupun peralatan yang digunakan untuk proses isolasi dan penanaman eksplan yang sering digunakan adalah autoklaf. Tipe autoklaf yang dapat digunakan untuk sterilisasi ada bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai digital (terprogram). Autoklaf yang sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan air yang ditambahkan ke dalam autoklaf. Pemanasan air dapat menggunakan kompor atau api Bunsen. Dengan autoklaf sederhana ini, tekanan dan temperatur diatur dengan jumlah panas dari api (Anonim, 2011).

III. METODOLOGI
3.1.      Tempat dan Waktu
            Praktikum pengenalan alat dan sterilisasi ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada Hari Kamis, 14 Maret 2011 pukul 16.00 sampai selsai.
3.2.      Alat dan Bahan
   Alat yang diperkenalkan dalam praktikum ini yaitu botol kultur, cawan petridish, oven, tabung reaksi, autoclave, kompor listrik, incubator, erlenmeyer, rak penyimpanan media, timbangan analitik, pipet micron, pH meter dan laminar air flow. Adapun bahan yang diperkenalkan yaitu label, tissue dan bahan media untuk biakan.
3.3.      Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
1.    Praktikan mengikuti asisten masuk dalam ruangan.
2.    Asisten menjelaskan alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan
3.    Praktikan mencatat nama alat dan fungsi masing-masing alat tersebut
4.    Memindahkan catatan tersebut pada buku penuntun
5.    Memeriksakan pada asisten
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil
No.
Alat Dan Bahan
Fungsi
Metode Sterilisasi
1.

Botol Kultur
Berfungsi sebagai tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan
Srerilisasi kering
2.

Cawan Petri
Berfungsi sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan ditanam dalam botol kultur
Srerilisasi kering
3.

Oven
Berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasi alat yang akan digunakan dalam media kultur
Sterilisasi Kering
4.


Tabung Reaksi
Digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isolasi kloroplas
Srerilisasi kering
5.

Autoclave
Berfungsi untuk mensterilisasi ahan atau alat yang pada umumnya terbuat dari logam, plastik dll. Dalam keadaan terbungkus maupun tidak
Sterilisasi basah
6.

Kompor Listrik
Berfungsi untuk pemanas saat memasak media

7.

Inkubator
Untuk mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
Sterilisasi kering
8.

Erlenmeyer
Berfungsi seagai tempat untuk memanaskan media yang akan dibuat
Srerilisasi kering
9.

Rak Penyimpanan Media
Berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan botol-botol kultur yang berisi media

10.

Timbangan Analitik
Berfungsi untuk menimbang nutrisi yang akan diberikan pada media

11.

Pipet Mikron
Berfungsi untuk mengambil nutrisi yang akan biberikan pada media dalam skala keci (micro)

12.

pH Meter
Berfungsi untuk mengukur pH suatu media

13.

Laminar Air Flow
Berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasikan media
Sterilisasi kering
                                                                                                                             
4.2.      Pembahasan
            Botol kultur merupakan tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Cara sterilisasinya yaitu dicuci bersih kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan selama 4 jam pada temperatur 160°C. Setelah disterilisasi dapat langsung digunakan. Bila botol akan disimpan untuk beberapa lama maka sewaktu sterilisasi, mulut botol harus ditutup dengan aluminium foil.
            Cawan petridish berfungsi sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur. Cara sterilisasinya yaitu dicuci bersih kemudian dimasukkan dalam oven tetapi terlebih dahulu dibuingkus dengan kertas.
            Oven berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasikan alat-alat dengan cara memasukkan alat-alat kultur kedalamnya dengan mengatur tekanan dan waktu yang dibutuhkan dalam sterilisasi tersebut.
            Tabung reaksi digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas. Cara sterilisasinya yaitu dicuci bersih kemudian dimasukkan dalam oven.
            Autoclave berfungsi untuk mensterilkan bahan atau alat yang pada umumnya terbuat dari logam, plastik, karet, tekstil gelas juga liquid (cairan) dalam keadaan terbungkus maupun tidak. Cara menggunakannya yaitu alat-alat yang digunakan dimasukkan kedalamnya kemudian mengatur tekanan dan waktu yang akan digunakan.
            Kompor listrik untuk pemanas saat memasak media. Alat ini digunakan untuk mengocok media cair sambil dipanasi. Setelah alat ini dihubungkan dengan arus listrik, maka alat ini akan menghomogenkan sekaligus memanaskannya.

Inkubator  berfungsi untuk mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Cara menggunakannya yaitu memasukkan alat dan bahan kemudian mengatur tekanannya.
Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan media yang akan dibuat. Cara menggunakannya yaitu mencuci bersih alat tersebut kemudian memasukkan bahan yang akan dibuat media dan selanjutnya dipanaskan pada kompor listrik.
Rak penyimpanan media berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan botol-botol kultur yang berisi media. Rak ini juga harus selalu dibersihkan agar tetap steril.
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang nutrisi yang akan diberikan pada media. Timbangan analitik sangat penting dalam kultur jaringan karena memudahkan untuk mengukur nutrisi.
Pipet micron berfungsi untuk mengambil nutrisi yang akan diberikan pada media. Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat tersebut ke dalam nutrisi yang akan diambil kemudian mengeluarkannya pada wadah yang berisi media.
pH meter berfungsi untuk mengukur pH suatu media yang dibuat dengan menetralkan alat tersebut kemudian memasukkan ujung alat tersebut pada media yang telah jadi.
Laminar air flow berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasikan media. Penggunaan alat ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan pembuatan eksplan dan juga pengambilan tanaman mini yang telah jadi dari hasil kultur jaringan.

V. PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
            Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa alat-alat tersebut mempunyai fungsi masing-masing.
1.     Botol kultur merupakan tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.
2.    Cawan petridish berfungsi sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur.
3.    Oven berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasi alat yang akan digunakan dalam media kultur.
4.    Tabung reaksi digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.
5.    Autoclave berfungsi untuk mensterilkan bahan atau alat yang pada umumnya terbuat dari logam, plastik, karet, tekstil gelas juga liquid (cairan) dalam keadaan terbungkus maupun tidak.
6.    Kompor listrik untuk pemanas saat memasak media.
7.    Inkubator  berfungsi untuk mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
8.    Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan media yang akan dibuat.
9.    Rak penyimpanan media berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan botol-botol kultur yang berisi media.
10.  Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang nutrisi yang akan diberikan pada media.
11.  Pipet micron berfungsi untuk mengambil nutrisi yang akan diberikan pada media.
12.  pH meter berfungsi untuk mengukur pH suatu media.
13.  Laminar air flow berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasikan media.
5.2.  Saran
1.    Untuk laboratorium agar dibersihkan dan dirapikan alat-alatnya
2.    Untuk asisten agar memberikan penjelasan secara detail tentang praktikum ini ke pada para praktikannya