ORIENTASI
ITU PERLU
Sebagai negara
demokrasi, tentunya Pemilihan Umum (Pemilu) sudah tidak asing lagi agi
masyarakat Indonesia. Dimana pada dasarnya, negara demokrasi merupakan negara
yang pemerintahnya dipilih langsung oleh rakyat. Artinya pemilihan ini dilakukan
secara umum dan terang – terangan. Pemilu merupakan sarana perwujudan
kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintah, baik itu pemerintah negara
atau pemerintah daerah yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pemilu, peserta yang berpartisipasi bukan
hanya dari kalangan tertentu, teteapi semua masyarakat Indonesia yang cukup
umur wajib menggunakan hak pilihnya di dalam pemilu.
Sebelum diadakan
pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus memperkenalkan kandidat – kandidat
yang ada kepada semua masyarakat. Banyak cara yang digunakan KPU untyuk hal
tersebut. Contohnya, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang dalam waktu
dekat ini akan diadakan oleh KPU Kab. Maros untuk memilih Bupati baru untuk periode
selanjutnya. Yang banyak terlihat, yakni baliho atau poster – poster para
kandidat yang sudah membuah pada pohon – pohon di sekitar jalan poros di Kab.
Maros. Tujuannya, agar masyarakat bisa mengenali wajah calon Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah yang akan dipilih.
Bukan hanya KPU yang
sibuk memperkenalkan para kandidat kepada masyarakat. Bahkan, kandidat sendiri
turun tangan untuk memperkenalkan diri dan berusaha menarik simpati masyarakat
dengan cara mereka sendiri. Berbagai bentuk sosialisasi pun mereka gunakan.
Karenaa meraa kurang dengan baliho yang dipasang KPU, tak jarang dari mereka
membuat baliho sendiri. Kini buah pohon bertambah banyak karena ulah mereka.
Wajah – wajah meyakinkan telah terpampang disana dan berusaha meyakinkan
masyarakat bahwa “Inilah Pilihanku”.
Merasa belum cukup,
para kandidat dan wakilnya beserta tim suksesnya menggunakan cara lain. Iklan
baris dan iklan suara pun dipasang diberbagai media. Kerap kali kita
mendengarkan radio lokal, suara kandidat dan wakilnya terdengar sangat
meyakinkan. Maksud dan tujuan mereka sama, yakni memperkenalkan diri mereka.
Tetapi, kali ini sedikit berbeda denga poster yang mereka pasang. Melalui
udara, mereka menyebutkan visi dan misinya ketika mereka menjabat nanti.
Berharap masyarakat bisa memilih mereka di dalam pemilu.
Tak bisa dipungkiri,
usaha – usaha yang mereka lakukan hanya untuk menarik simpati masyarakat.
Mobilitas para kandidat Kepala Daerah dan wakilnya makin memanas. Tiada hari
yang dilalui tanpa menjual jamu. Tebar pesona pun menjadi hobi mereka setipa
hari sebelum hari pencontrengan. Mereka seperti orang yang paling baik, menjual
gigi kesana kemari. Tapi sebagai masyarakat, kita memaklumi bahwa itulah usaha
mereka. Para kandidat dan wakilnya memiliki ide – ide cemerlang untuk kemakmuran
daerah dan masyarakatnya ke depan.
Intensitas untuk
mensosialisasikan diri ke masyarakat makin besar. Para kandidat dan wakilnya
semakin menunjukkan kualitas dirinya dalam berpolitik. Bagi mereka, politik
berjalan, suara pun banyak. Tak jarang dari mereka menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan simpati masyarakat. Mereka dan tim suksesnya pun menghalalkan
money polotics.
Patut direnungkan
bersama bahwa untuk bertarung dalam prosesi politik pilkada yang meterialistik,
tentunya membutuhkan dana yang lumayan besar untuk menggerakkan hati
masyarakat. Meskipun demikian, ada juga politisi yang mengharamkan hal
tersebut. Sebagian dari mereka hanya menggunakan kata – kata untuk mendapatkan
suara. Seperti halnya yang terjadi pada kampanye.
Untuk memperkenalkan
para kandidat Kepala Daerah dan wakilnya, KPU mengadakan kampanye akbar.
Kampanye ini berbeda dengan kampanye yang dilakukan oleh para kandidat dan
wakilnya bersama dengan tim suksesnya. Dalam kampanye ini semua kandidat dan
wakilnya dipertemukan dalam satu lokasi. Dalam kampanye tidak bisa dihindari
perang statement antar kandidat.
Bila sebelumnya,
masyarakat mendengar para kandidat dan wakilnya saling sindir dengan kandidat
yang lain. Kini tim suksesnya tidak bisa menahan diri. Saat kampanye antar kandidar
berlangsung, banyak pengamat yang heran. Mereka menilai acara yang diagendakan
oleh KPU merupakan ajang silatuhrahmi antar kandidat atau merupakan ajang untuk
saling sindir.
Sebagai calon Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang baik mereka harus mengingatkan tim
suksesnya untuk tidak bersifat reaksional dan emosional dalam melakukan
kampanye. Hal ini dilakukannya, semata – mata untuk menyukseskan jalannya
kampanye. Sehingga terkesan aman dan damai. Karena kampanye yang baik adalah
kampanye yang tidak tergolong dalam black
campaign.
Namun, bagi mereka kampanye bukanlah wadah yang terbaik untuk
mendapatkan dukungan suara yang banyak. Para kandidat pun menggerakkan tim
suksesnya. Dan yang pasti mereka pun turun tangan dalam hal ini. Para calon
Kepala Daerah dan wakilnya mempunyai hobi baru yaitu rajin berkunjung ke
berbagai daerah dan membagi buah tangan kepada masyarakat. Selain itu, mereka
juga memanfaatkan moment ini untuk mendengarkan berbagai aspirasi dari
masyarakat. Disinilah mereka sering menggumbar janji – janji palsu.
Jika berbicara tentang buah tangan, mungkin inilah yang sangat
berpengaruh dan sangat berkesan bagi masyarakat. Bagaimana tidak? Buah tangan
yang diberikan oleh para kandidat sangat bervariasi. Bukan hanya dari jenisnya,
teteapi jika dilihat dari harganya, sungguh sangat menggiurkan. Buah tangan
yang dibagikan mulai dari harga ribuan, puluhan ribu, ratusan bahkan jutaan pun
ada. Sungguh dunia politik yang dimonopoli oleh material.
Tapi, pertanyaan timbul dari dalam hati. Apakan mereka ikhlas?
Jawabannya sangat beragam (maybe yes, maybe no). sungguh sulit mendapatkan
jawaban yang pasti. Padahal memberikan sesuatu kepada masyarakat dengan ikhlas
merupakan hal yang sangat terpuji. Tapi, mengapa hal ini masih dipertanyakan?
Apakah ada udang di balik batu? Entahlah.
Memang di dunia politik tidak ubahnya muncul pertanyaan – pertanyaan
yang membingungkan. Tapi, itulah usaha mereka memperkenalkan dirinya kepada
masyarakat.
Pilkada memang sangat demokratis karena langsung dipilih oleh rakyat.
Namun patut dipertanyakan, apakah mereka masih tulus memilih? Jangan sampai
pemilih yang tulus jumlahnya semankin minim. Dan sebaliknya, pemilih yang
mengharapkan material jumlahnya justru lebih banyak.
Detik demi detik berlalu. Kini hari H percontrengan semakin dekat. Kian
dekatnya hari H, membuat makin panasnya puka suasana politik. Pada saat
menjelang hari itu, banyak kandidat Kepala Daerah dan wakilnya melakukan money politik. Fakta yang terlihat pada malam pencontrengan,
banyak tim sukses yang memberikan something
diference kepada masyarakat. Hal
itulah yang biasa disebut money
politik.
Semestinya hal itu sudah tidak lagi dilakukan oleh para kandidat Kepala
Daerah dan wakilnya. Apalagi merekalah yang nantinya akan menjadi pimpinan
daerah jika terpilih nanti. Harusnya mereka membenahi diri sebelum menjadi
seorang pemimpin. Bukannya melakukan hal – hal yang bersifat negative seperti
itu. Yakin saja calon yang melakukan hal tersebut, nantinya tidak akan
memperdulikan daerahnya. Mereka hanya mementingkan diri sendiri dana berusaha
mengembalikan dana yang dikeluarkan sebelum pencontrengan.
Tentunya sebagai masyarakat khususnya pelajar yang menginginkan seorang
pemimpin yang best
of the best dan peduli
terhadap aspirasi dan inspirasi rakyat, kami tidak menginginkan pemimpin yang
demikian. Bagi kami, opemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak pernah
melakukan money politik dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Perilaku money
politics para kandidat Kepala
Daerah dan wakilnya akan mendatangkan dampak negative dalam kepemimpinannya.
Hal ini menghambat pembangunan daerah dan kesejahteraan serta kemakmuran
rakyatnya. Karena pemimpin sangat menentukan masa depan bangsa dan daerahnya.
Karenanya, untuk menghasilkan pemimpin yang best
of the best, sebaiknya semua
pihak harus mengedepankan etika untuk meraih simpati masyarakat sebagai calon
pemilih. Intinya, jangan sampai ada politik uang dalam kegiatan kampanye.
Pertarungan harus dimenangkan secara adil dengan menonjolkan program, agar
masyarakan pemilih tertarik, dan bukan dengan iming – iming uang atau apapun.
Para kandidat Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta tim suksesnya harus
mempunyai amanah moral mengajak masyarakat mengguunakan hal politiknya menjadi
pemilih yang cerdas untuk mengamati visi – misi atau ide –ide cemerlang dari
semua pasangan kandidat yang ada.
Maka dari itu, kita harus cermat dalam memilih. Ketika salah memilih
pemimpin, konsekuensinya daerah pun akan terhambat kemajuannya. Pemilih cerdas
menjadi penyadaran terutama bagi pemilih pemula untuk menggunakan potensi
akalnya secara sadar memutuskan suatu pilihan. Gerakan pemilih cerdas menjadi
pengajaran agi rakyat agar merdeka dalam berfikir, merdeka memutuskan pilihan.
Tanpa intimidasi, hasutan, tipuan, dan rayuan yang penuh birahi kekuasaan. Kita
berharap para pemilih menggunakan hak pilihnyadengan memilih calon Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang berpihak kepada rakyat.
Untuk itu, mari satukantekad untuk merapatkan barisan menyukseskan
pemilu yang aman dan nyaman dengan pelaksanaan yang jujur dan adil. Berkampanye
secara sehat akan menentukan perkembangan demokrasi bangsa kita ke depan. Satu
hal lagi yang harus diingat, mari kita pergunakan hal pilih kita untuk
mementukan nasib kita ke depan. Caranya, pilih dan kenalilah calon Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang pedili terhadap aspirasi dan inspirasi
rakyat
(Artikel ini dibuat untuk mengikuti lomba penulisan essay yang diselenggarkan oleh KPU Kab. Maros)