I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dispersi merupakan pemisahan
agregat tanah menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil dan menjadi masalah utama pada tanah akibat kadar garam yang tinggi. Agregat tanah
menjadi pecah, mineral berukuran kecil dan partikel organik. Kebalikan
dari dispersi adalah flokulasi atau penyatuan partikel-partikel tanah menjadi
agregat tanah.
Dispersi dan
flokulasi terjadi karena adanya muatan negatif pada partikel-partikel serta
jenis dan jumlah kation yang terlibat. Pada partikel-partikel tanah bekerja
dengan kekuatan. Kekuatan
pertama menyebabkan partikel-partikel tanah saling menolak, sedang kekuatan
kedua dinamakan gaya Van Der Walls cenderung menyebabkan partikel-partikel
tanah tertarik satu sama lain, baik yang bermuatan maupun yang netral,
berukuran besar dan kecil. Jika kekuatan tolak - menolak dominan,
partikel-partikel akan terpisah satu sama lain (terdispersi) dan sebaliknya
jika kekuatan tarik – menarik melebihi kekuatan tolak - menolak, partikel-partikel
akan bersatu satu sama lain atau dikatakan mengalami flokulasi.
Lapisan-lapisan di dalam tanah yang
mempunyai sifat yang berbeda
- beda. Di suatu tempat ditemukan
lapisan pasir berselang dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang ditempat
lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna
kelabu dengan bercak-bercak merah, dibagian tengah berwarna merah, dan lapisan
atasnya berwarna kehitam
- hitaman, lapisan terbentuk karena
dipengaruhi oleh pengendapan yang berulang - ulang oleh genangan air
dan karena
proses pembentukan tanah.
Maka
berdasarkan uraian singkat di atas, perlu dilakukan praktikum tentang dispersi
tanah sebagai pembuktian tentang teori–teori yang telah diperoleh dari beberapa
literatur. Selain itu, praktikum ini juga dijadikan sebagai pembekalan ilmu
guna penuntun dalam pengamplikasiannya kepada masyarakat.
1. 2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakan
praktikum dispersi tanah yaitu untuk mengetahui pemisahan agregat tanah dari
partikel–partikel yang lebih kecil ke partikel yang lebih besar (slaking) atau
sebaliknya (dispersi) serta mengetahui apakah terjadi proses swelling atau
flokulasi .
Kegunaan
dari praktikum dispersi tanah yaitu
sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa tentang
dispersi tanah pada jenis-jenis larutan yang digunakan dalam praktikum dispersi
tanah dan dapat mengetahui pemisahan-pemisahan agregat dalam praktikum dispersi tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Dispersi Tanah
Dispersi Tanah merupakan
aspek penting dalam proses koagulasi untuk pemisahan
partikel-partikel yang terdapat dalam tanah,
dan dipengaruhi oleh media
pendispersi terutama air,
kekuatan ion dan
pH. Muatan
permukaan partikel-partikel ion di
dalam tanah penyebab kekeruhan di dalam air adalah
sejenis. Oleh karena itu, jika kekuatan ionik di dalam air
rendah, maka ion
akan tetap stabil (Hanafiah, 2005).
Stabilitas
merupakan daya tolak - menolak antara partikel-partikel yang mempunyai muatan
permukaan sejenis negatif,
antara gaya tolak - menolak dan gaya tarik molekul-molekul di dalam tanah.
Dengan adanya energi interaksi kedua gaya tersebut yang disebabkan oleh gerakan
Brownian, dihasilkan suatu energi kinetik. Jika kekuatan ionik di dalam air
cukup tinggi, maka gaya tolak -
menolak memberi keuntungan kepada situasi dimana tumbukan yang terjadi menghasilkan
partikel–partikel yang
sejenis. Ada beberapa daya yang menyebabkan stabilitas partikel, antara lain gaya elektrostatik yaitu gaya tolak - menolak yang terjadi jika
partikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis negatif atau positif. Bergabung dengan
molekul air reaksi hidrasi, stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang
diadsorpsi pada permukaan,
mekanisme
di atas
seringkali terjadi pada saat yang sama. Dalam suspensi yang keruh seringkali
hanya ada partikel bermuatan negatif yang disebabkan oleh penggantian kation
maupun adsorpsi zat anionik (Hardjowigeno, 2003).
Untuk stabilisasi mekanisme di dalam tanah terdapat beberapa perbedaan lapisan–lapisan
tanah dengan partikel-partikel yang berbeda, mengurangi potensial permukaan
yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik, adsorpsi molekul organik
di atas
permukaan partikel bisa membentuk ion-ion dalam tanah diantara partikel, penggabungan partikel-partikel
di dalam tanah sehingga terjadi
presipitasi (pengendapan) yang terbentuk
dari flokulasi (Foth, 1994).
Stabilisasi yang
terjadi tergantung dari mekanime destabilisasi yang hanya ada satu mekanisme yang menyebabkan
agregasi atau kombinasi dari mekanisme yang lain. Untuk aplikasi instalasi pengolahan air
ada kombinasi dari beberapa mekanisme destabilisasi yang disebabkan adanya
lapisan-lapisan ganda yang terdapat di
dalam tanah. Mekanisme koagulasi dan flokulasi terjadi karena destabilisasi
muatan negatif partikel oleh muatan positif dari koagulan, tumbukan antar
partikel dan
adsorpsi yang terjadi di dalam tanah (Hakim, 1986).
Tumbukan-tumbukan antara
partikel terdestabilisasi yang bertujuan membentuk flokulasi dengan ukuran yang
relatif besar, adsorpsi merupakan mekanisme flokulasi diantaranya dilakukan
oleh CaCl2. Jika kekuatan
ionik di dalam air cukup besar, maka keberadaan partikel-partikel di dalam tanah
sudah dalam bentuk terdestabilisasi. Dispersi tanah terjadi akibat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain stuktur tanah,
tekstur, topografi,
curah hujan dan kandungan bahan organik
yang terdapat di dalam tanah . Destabilisasi disini disebabkan oleh ion
monovalen dan divalen yang berada di dalam air. Kejadian ini
dinamakan “Koagulasi elektrostatik”, sedangkan koagulasi kimiawi adalah suatu
proses dimana zat kimia seperti garam Fe dan Al, ditambahkan ke dalam air untuk
merubah bentuk (transformasi) zat-zat kotoran. Zat-zat tersebut akan bereaksi
dengan hidrolisasi
garam-garam Fe atau Al menjadi flok dengan ukuran besar yang dapat dihilangkan
secara mudah melalui sedimentasi dan filtrasi yang
terjadi di dalam tanah (Hardjowigeno, 2003).
Destabilisasi
yang terjadi tergantung dari mekanime destabilisasi yang mana atau bisa saja
hanya ada satu mekanisme yang menyebabkan agregasi atau kombinasi dari
mekanisme yang lain. Secara garis
besar (berdasarkan uraian di atas), mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah destabilisasi
muatan negatif
partikel oleh muatan positif
dari koagulan, tumbukan antar partikel dan adsorpsi (Hakim, 1986).
2. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dispersi
Tanah
Faktor–faktor
yang mempengaruhi terjadinya pendispersian di dalam tanah inseptisols yaitu
struktur tanah, apabila struktur tanah berpasir, maka tanah lebih mudah mengalami
pendispersian. Curah hujan, apabila curah hujan di suatu daerah tinggi maka tanah akan lebih mudah
mengalami pendispersian dibandingkan daerah yang tingkat curah hujannya rendah.
Tekstur tanah juga mempengaruhi proses pendispersian apabila tanah bertektur
pasir maka tanah akan lebih mudah mengalami pendispersian. Kemudian kandungan
bahan organik, semakin banyak bahan organik di dalam tanah maka semakin mudah
pula tanah mengalami pendispersian.
2. 3 Pengaruh Dispersi Tanah terhadap Erosi
Erosi merupakan proses berpindahnya partikel–partikel
tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui agen pengangkut air. Proses
terjadinya erosi yaitu adanya konsentrasi aliran permukaan (run off) yang
semakin besar. Proses ini terjadi karena adanya pengaruh dispersi. Dimana pada
dasarnya, erosi terjadi karena penghancuran agregat–agregat tanah (dispersi)
dan pengangkutan tanah. Kemantapan agregat tanah adalah faktor utama yang
berhubungan erat dengan ketahanan tanah terhadap erosi. Agregat–agregat tanah
yang tidak stabil terpecah oleh benturan butiran hujan (terjadi proses
dispersi) atau air yang mengalir (adanya aliran permukaan) (Pairunan, 1997).
III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu
Praktikum
Dispersi Tanah di laksanakan di laboratorium kimia tanah, Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Selasa, 19
Oktober 2010 pukul 11.00 WITA – selesai.
3. 2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada praktikum dispersi tanah adalah cawan Petridish, gelas ukur, labu ukur dan pipet tetes.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum dispersi tanah adalah larutan CaCl3, air
demineralised dan tanah inseptisols.
3. 3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum
Dispersi Tanah antara lain :
1. Vial 1: Menuangkan
sekitar 20 ml air demineralised. Kedalamnya secara hati-hati menjatuhkan 3
butir agregat kering udara dengan diameter 3 sampai 5 mm, dan membiarkannya
selama 2 jam, lalu mengamati apakah mengalami slaking, dispersi atau swalling.
2. Vial 2: Menambah 20 mL, larutan CaCl2
berkonsentrasi 10 mmol/L. Melakukan hal-hal yang sama pada vial 1 , tetapi
menggunakan CaCl2 dari pada air.
3. Vial 3: Pada
sekitar 10 mg tanah di dalam container di
tamabahkan air demineralised, cukup untuk mendapatkan kandungan air sekitar
kapasitas lapang .
4. Vial 4: Menyiapkan
suspense tanah dengan perbandingan tanah dengan air 1 : 5, dengan jalan
menambahkan 5 g agregat tanah kedalam 25 ml air di dalam vial tertutup, lalu
mengocok suspensi tanah selama sekitar
10 menit, kemudian memindahkan suspense ke dalam beaker. Membiarkan suspensi
mengendap selama 5 menit. Mengamati apakah tanah terdispersi atau terflokulasi
(tim dosen dan asisten, 2010).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Tabel 5; Pengamatan Dispersi Tanah
Inseptisols
Tanah
Inseptisols Vial 1 Vial 2 Vial 3 Vial 4
|
Lapisan I
Dispersi Dispersi Dispersi Dispersi
Lapisan II
Swelling Swelling Swelling Slaking
Lapisan III
Slaking Slaking Slaking Dispersi
|
4.
2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh pada lapisan pertama tanah inseptisols yaitu
mengalami pendispersian, hal ini disebabkan
pada tanah inseptisols umumnya dipengaruhi oleh tingkat curah hujan
yang tinggi, sehingga tanah inseptisols lebih mudah mengalami proses
pendispersian. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005), yang menyatakan
bahwa tanah yang mudah mengalami pendispersian dipengaruhi oleh tingkat curah
hujan yang tinggi, yang mengakibatkan terjadinya erosi di suatu daerah. Selain
itu proses ini mengakibatkan pencucian secara terus - menerus sehingga agregat-agregat
dalam tanah lebih mudah terpisah.
Pada lapisan kedua tanah
inseptisols sebagian besar mengalami swelling, hal ini disebabkan oleh
kandungan liat yang kuat yang terdapat di dalam tanah. Jika di dalam tanah mengandung
kandungan liat yang tinggi maka tanah tidak akan mengalami pendispersian,
melainkan mengalami pengembangan karena tanah yang demikian lebih kuat dalam
mengikat partikel–partikel air. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hardjowigeno (2003) yang
menyatakan bahwa tanah yang mempunyai kandungan liat yang kuat akan memeperlambat proses pemisahan
agregat tanah, yang
mengakibatkan tanah akan mengalami kekurangan bahan organik yang membuat tanah
akan kurang subur.
Pada
lapisan ketiga tanah inseptisols, sebenarnya sudah mengalami pendispersian,
namun hanya sebagian kecil yang terdispersi sempurna. Pendispersian yang
terjadi lebih dominan tidak secara sempurna atau dengan kata lain hanya terjadi
dispersi parsial (slaking). Hal ini disebabkan
tekstur tanah pada lapisan ini lebih didominasi oleh tekstur
liat dibandingkan yang bertekstur pasir. Tanah yang bertekstur liat sangat
sulit untuk mengalami pendispersian karena kekuatan untuk mengikat air besar
sedangkan butir–butir tanahnya sendiri sangat kecil. Jika dibandingkan dengan
tanah yang bertekstur pasir, butir- butirnya berukuran lebih besar sehingga
lebih mudah untuk terdispersi. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) yang menyatakan bahwa tanah yang
bertekstur pasir akan lebih mudah mengalami pemisahan dibandingkan tanah yang
bertekstur liat karena tanah bertekstur pasir terasa kasar sangat jelas, tidak
melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan .
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisols
pada lapisan pertama mengalami pendispersian sempurna karena dipengaruhi oleh
tekstur tanah yang berpasir. Pada lapisan kedua tidak mengalami pendispersian
melainkan didominasi oleh swelling karena jika dilihat dari segi teksturnya,
tanah ini memang mempunyai tekstru yang liat. Sedangkan pada lapisan ketiga
tanah inseptisols ini semuanya sudah mengalami pendispersian, namun hanya
sebagian kecil yang terdispersi
sempurna, dengan kata lain dispersi yang terjadi pada lapisan ketiga merupakan
dispersi parsial (slaking) karena tekstur tanah pada lapisan didomonasi oleh
tekstur liat dibandingkan tekstur berpasirnya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi dispersi tanah yaitu tekstur tanah, struktur tanah, curah hujan,
topografi dan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah.
5. 2 Saran
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa tanah yang dipakai pada percobaan
ini merupakan tanah yang cukup subur, maka sebaiknya ditanami dengan tanaman
yang berproduksi tinggi .
DAFTAR
PUSTAKA
A.K
Pairunan. 1998. Dasar–Dasar Ilmu Tanah.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur (PKS – PTN – INTIM).
Foth,
Hendry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah,
Dr. Ir. Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta.
Tim
dosen dan asisten. 2010. Penuntun
Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar