Jumat, 11 Mei 2012

Laporan Redoks


I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada lapisan tanah yang mengalami proses reduksi, prosesya dijalankan dalam pelarut lamban atau dalam cairan murni. Hidrogenesis gugus karbonal atau keton jauh lebih lambat daripada hidrogenesis ikatan rangkap karbon–karbon. Di dalam tanah aldehida berperan sebagai senyawa organik yang paling mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat oleh berbagai agen pengoksida, bukan hanya pereaksi-pereaksi terjadi juga oleh agen pengoksida yang relatif lemah seperti ion perak dan ion tembaga.
Difusi gas dalam air berjalan sangat lambat, sekitar 10-4 kali lebih kecil dari kecepatan difusi pada fase gas. Kecepatan difusi O2 dalam air sering kali jauh lebih rendah dari kecepatan konsumsi O2 oleh tanah dalam hal ini mikroorganisme. Kondisi seperti ini menyebabkan terbentuknya lapisan oksidasi dibagian atas dan lapisan reduksi di bawah lapisan tanah. Pada lapisan teroksidasi dijumpai oksigen bebas, tetapi di lapisan reduksi O2 tidak ada.
Di dalam tanah proses pembentukan oksidasi dan reduksi sangat berhubungan erat dengan oksigen, tanpa oksigen oksidasi tidak dapat berlangsung. Hal ini dikarenakan pada proses oksidasi dan reduksi oksigen berperan sebagai unsur yang menjalankan reaksi pada proses oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah biasanya digunakan dalam kompleks pada pembentukan lapisan tanah, reaksi ini bertindak sebagai ion–ion penyusun unsur dalam lapisan oksidasi dan reduksi tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan percobaan pembentukan lapisan oksidasi dan reduksi untuk mengetahui kandungan oksidasi dan reduksi dalam tanah.
1. 2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menetapkan pembentukan proses oksidasi dan reduksi pada tanah berteksut liat.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca khusunya mahasiswa tentang pembentukan lapisan oksidasi dan reduksi pada jenis tanah dan dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pembentukan Lapisan Oksidasi Reduksi
Reduksi terjadi di tempat–tempat yang tergenang air, persediaan oksigen rendah, kebutuhan oksigen organisme tinggi. Proses ini mengubah besi ferri menjadi ferre yang sangat mudah bergerak. Dalam bentuk ini besi dapat hilang dari tanah jika pencucian dalam air terjadi. Jika tidak tercuci, besi ferro ini akan bereaksi dengan sulfur membentuk sulfide atau senyawa-senyawa lain sehingga terjadi warna-warna hijau atau hijau kebiruan yang khas untuk tanah–tanah tereduksi. (Hardjowigeno,  2003).
            Reaksi oksidasi dan reduksi pada tanah dipengaruhi oleh berbagai aspek, baik kimia, biologi, maupun fisika tanah. Ditinjau dari aspek biologi, maka kecepatan oksidasi pirit sangat ditentukan oleh peran dari bakteri pengosida pirit yang disebut Thiobaccilus sp. Karena itu dalam pengolahan tanah sulfat masam dapat didekati melalui peranan bakteri. Namun aktivitas bakteri dipengaruhi oleh lingkungannya. (Hakim, dkk. 1986)
Mempercepat proses reduksi sulfat dan besi dengan menciptakan kondisi lingkungan yang diperlukan oleh bakteri tersebut. Hasil reduksi tersebut dikeluarkan dari lahan melalui air drainase saat air surut. Reduksi sulfat tersebut dimedia oleh organisme yang diketahui secara kolektif sebagai bakteri pereduksi sulfur. (Hanafiah, 2005).
Perubahan–perubahan keadaan oksidasi dan reduksi menghasilkan pelapukan Fe dan Mn dari mineral–mineral primer, yang kemudian membentuk karatan atau konkresi dalam solum tanah. Pergantian keadaan oksidasi reduksi yang kuat berganti – ganti dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mineral. (Hardjowigeno, S. 2003).
2. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Oksidasi Reduksi
Faktor–faktor yang mempengaruhi pembentukan lapisan oksidasi reduksi yaitu sebagai berikut: (1) adanya faktor pencucian dari lapisan di dalam tanah yang menyebabkan tanah membentuk lapisan oksidasi dan lapisan reduksi. (2) adanya zat-zat protein yang berhubungan langsung oleh mikroorganisme yang sangat berperan penting dalam proses oksidasi reduksi dalam tanah (Hardjowigeno, 2003)

III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu

Praktikum lapisan reduksi dan oksidasi dilaksanakan di laboraturium fisika  tanah, jurusan ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Rabu, 24 November 2010  pada pukul 13.00 WITA – selesai.
3. 2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tiga buah botol tekstur.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah liat, air, air gula, dan formalin.
3. 3 Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan 3 buah botol tekstur, kemudian isi dengan tanah bertekstur liat hingga mencapai setengah botol.
2.      Pada botol I tambahkan air hingga penuh, botol II tambah pula dengan air gula, sedangkan botol III tambahkan air dan formalin.
3.      Menyimpan dalam waktu yang lama, amati dan bandingkan perubahan yang terjadi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 13; Pengamatan Redoks Tanah Vertisol
Jenis  Tanah                         Perlakuan                      Hasil Pengamatan
                                           Tanah + Air                        Reduksi
Vertisol                              Tanah + Gula                     Oksidasi
                                           Tanah + Formalin              Reduksi

4. 2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, botol I yang berisi tanah yang dicampurkan air  terjadi proses reduksi. Hal ini disebabkan karena adanya pencucian tanah sehingga menyebabkan tanah akan kurang menerima oksigen di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hanafiah, 2005) yang menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi terjadinya reduksi tanah dikarenakan pori-pori dalam tanah akan tertutup oleh air sehingga tidak ada wadah untuk oksigen yang menyebabkan tidak terbentuknya lapisan oksidasi dan mikroorganisme bekerja secara lambat.
Pada botol II yang berisikan tanah yang ditambahkan dengan gula akan membentuk lapisan oksidasi. Hal ini disebabkan karena air gula mengandung protein yang tinggi. Protein merupakan makanan utama bagi organisme. Hal ini sesuai dengan pendapat (Forth, H.D. 1995) yang menyatakan bahwa jika tanah selalu mengalami penambahan zat protein maka tanah akan lebih mudah membentuk lapisan oksidasi.
Pada botol III yang terisi tanah yang ditambahkan formalin terjadi proses reduksi. Hal ini disebabkan karena formalin dapat mempengaruhi kerja mikroorganisme. Mikroorganisme sulit memperoleh energi, juga dapat mematikan mikroorganisme dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hanafiah, K.A. 2005) yang menyatakan bahwa mikroorganisme akan membentuk lapisan reduksi di dalam tanah jika tersedia protein.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa botol I yang terisi tanah liat ditambahkan air maka terjadi proses reduksi. Botol II yang terisi tanah dan ditambahkan gula terjadi proses oksidasi. Botol III yang berisi tanah liat dan ditambahkan formalin maka terjadi proses reduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksidasi reduksi yaitu adanya faktor pencucian dari lapisan tanah dan adanya zat-zat protein yang berhubungan langsung dengan mikroorganisme.
5. 2  Saran
Tanah yang digunakan dalam praktikum ini merupakan tanah liat sehingga baik untuk dijadikan media untuk pertumbuhan tanaman yang berpotensi tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Forth, H.D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press. Yogyakarta
Hakim, N.M, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Hanafiah, K.A. 2005. Dasae-dasar Ilmu Tanah. PT Rajagrafido Persada. Jakarta
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo. Jakarta.

Tidak ada komentar: