Jumat, 11 Mei 2012

Laporan Kadar Air


I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sebahagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. 
Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus - menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata - ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Tanah yang terletak di daerah peralihan atmosfer - litosfer memainkan peran penting dalam menentukan jumlah presipitasi yang mengaliri lahan dan jumlah yang meresap ke dalam tanah untuk disimpan serta digunakan di masa depan.
Suatu hal yang menguntungkan bahwa air tidak mudah rusak. Sekarang bumi mengandung air sebanyak yang dikandungnya beberapa ribu tahun silam. Akan tetapi, air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar.
Dalam pengolahan tanah, air juga berfungsi mempermudah pengolahan tanah, mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang (pada sistem sawah) dapat menghambat pertumbuhan gulma.
Reaksi–reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur–unsur hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam beracun yang berlebihan dalam tanah.
1. 2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kadar air adalah untuk mengetahui kadar air pada tiap lapisan tanah inseptisols.
Kegunaan dari praktikum kadar air adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa tentang kadar air pada jenis-jenis tanah yang dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kadar Air dalam Tanah
Air dibutuhkan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tanaman. Reaksi-reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung jika terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain. Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam beracun yang berlebihan dalam tanah. Cara yang bisa menyatakan jumlah air yang terdapat dalam tanah adalah dalam persen terhadap tanah kering. Bobot tanah lembab tidak dipakai karena bergelonjak dengan kadar airnya (Hakim, dkk 1986).
Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran mengenai ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tanah tertentu (Hardjowigeno, 1992).
Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan ke dalam: (1) gravimetrik, (2) tegangan dan hisapan, (3) hambatan listrik (blok tahanan), (4) pembauran neutron ( neutron scattering) (Hakim, dkk 1986).
Cara gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai. Dengan cara ini sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu tertentu untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan tersebut merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah (Hanafiah, 2005).
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menahan air tersebut dalam tanah (Hardjowigeno, 1992).
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase  yang kurang baik (Hardjowigeno, 2003).
2. 2 Kondisi Air Tanah (Jenuh Air, Kapasitas Lapang, Titik Layu Permanen, Hidroskopis)
Kandungan di dalam tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah–istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua – duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan barmacam – macam. Begitu pula dengan adanya istilah jenuh dan tidak jenuh. Jenuh menunjukkan pori–pori penuh berisi air dan tidak jenuh menunjukkan setiap kandungan air kurang dari jenuh.
            Segera setelah pembasahan, tanah yang dalam dan dreinase baik akan memiliki lebuh banyak air pada lapisan permukaan daripada di lapisan bawah permukaan. Dengan demikian gradian potensial tetap ada dan menyebabkan aliran ke bawah terus berlangsung meskipun setelah infiltrasi permukaan berhenti. Aliran ini memindahkan air dari horison atas yang lebih basah ke lapisan–lapisan di bawah yang lebih kering. Hal ini tidak hanya menyebabkan distribusi air yang lebih seragam dalam profil, tetapi juga memperkecil kandungan air rata–rata yang menyebabkan hantaran hidrolik dan drainase bertambah kecil. Sesudah dua sampai tiga hari, laju drainase menjadi sangat lambat dan kandungan air hampir konstan. Kandungan air pada saat ini dinamakan kapasitas lapang, dan dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah pembasahan dan drainase penuh. Kapasitas lapang diperlakukan sebagai konstanta air tanah, artinya setiap kali tanah dibasahi dan didrainase, tanah akan menahan kembali jumlah air yang sama.
            Titik layu permanen merupakan kandungan air tanah di mana akar–akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang maupun malam hari (Hardjowigeno, 2007).
2. 3 Hubungan Kadar Air terhadap Produktivitas Tanaman dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya
Faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan angin, yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya
terkait dengan kebutuhan air tanaman. Penyerapan air tanah oleh tanaman hanya berlangsung apabila terjadi kontak langsung antara molekul-molekul air dan dengan permukaan akar absorbtif (bulu-bulu akar) (Hanafiah, 2005).
Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi bila air terlalu banyak, hara-hara yang ada akan hilang tercuci dari lingkungan perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun dalam jumlah yang dapat merusak tanaman. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara di dalam tanah, dan merintangi akar tanaman memperoleh O2. Karena itu air dapat berguna atau merugikan bagi tanaman, tergantung pada jumlah air yang ada dalam tanah. Air juga berpengaruh penting pada sifat fisik tanah. Kandungan air pada tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah dan kesesuaian tanah untuk diolah. Begitu pula variasi kandungan air mempengaruhi daya dukung tanah. Air mempunyai dua sifat yang penting pada kelakuan air di dalam tanah, yaitu (1) massa dan (2) polaritas. Oleh karena massanya, air di tarik ke bawah oleh gaya gravitasi. Polaritas disebabkan oleh susunan molekul air. Setiap molekul air terdiri dari satu ion oksigen yang bermuatan negatif dan dua ion hidrogen yang bermuatan positif. Letak hidrogen selalu cenderung berada pada satu sisi dari oksigen, menyebabkan bagian itu bermuatan positif, sedangkan sisi lain bermuatan negatif (Pairunan,dkk, 1985).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya manahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Air tanah selalu aktif semenjak permulaan dalam membantu proses pembentukan horizon-horizon tanah. Air penting untuk pertumbuhan tanaman dan reaksi-reaksi kimia dalam pelapukan mineral. Air perkolasi membantu siklus unsur hara dan pemindahan liat, oksidasi besi dan aluminium, garam-garam dan lain-lain. Di daerah kering gerakan air ke atas, menyebabkan terjadinya akumulasi garam di permukaan tanah (Hardjowigeno, 2003).
Baik air maupun liat koloidal bermuatan listrik, maka terjadi tarik - menarik yang kuat antara keduanya, beberapa lapis molekul air yang menempel dipermukaan liat koloidal disebut air adhesi. Air adhesi ini juga terbentuk pada permukaan partikel non koloidal (tanpa muatan) melalui gaya matrik, yang menyebabkan penurunan energi air, sehingga terjadi pelepasan panas (Hanafiah, 2005).
III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu
Praktikum percobaan kadar air dilaksanakan di laboratorium kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Hasanuddin, Makassar. Berlangsung pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pukul 11.00 WITA sampai selesai.
3. 2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, kantong mayat, ember, cawan petridis, timbangan dan pot.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kadar air adalah tanah kering udara inseptisols, aquades, air, tissu rol, dan kertas label.
3. 3 Prosedur Kerja
3. 3. 1 Gravimetrik
1.      Menimbang cawan petridish, kemudian menambahkan 20 gram tanah kering udara;
2.      Mengeringkan di dalam oven suhu 1050C selama 2 x 24 jam;
3.      Mengeluarkan cawan petridish dan tanah dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian menimbang cawan petridish bersama tanah;
4.   Perhitungan :
Kandungan air tanah =  x 100 %

3. 3. 2 Kapasitas Pot
ü  Menyiapkan 1 buah pot yang berukuran sedang, kemudian mengisi dengan tanah sampai penuh.
ü  Menyiapkan kurang lebih 1 L dan menumpahkan pada tanah sampai tanah tersebut jenuh air
ü  Menutup pot dengan menggunakan plastik. Pastikan bahwa seluruh pot tertutup rapat, kemudian diamkan selama 1x 24 jam.
ü  Setelah didiamkan selama 1x 24 jam, buka plastik yang menutupi pot kemudian cungkil tanahnya.
ü  Menimbang tanah yang telah dicungkil (nilai tersebut sebagai berat basah) kemudian ovenkan lagi selama 1x 24 jam.
ü  Setelah diovenkan, timbang tanahnya (nilai tersebut sebagai berat kering)
ü  Menghitung kadar air kapasitas pot dengan menggunakan rumus:
Kadar air kapasitas pot =  x 100

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Berdasarkan hasil perhitungan kadar air pada tanah alfisol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel  6; Kadar Air pada Metode Gravimetrik
Jenis Tanah          Kandungan Air Tanah (%)

Inseptisols                      9,9

Tabel  7; Kadar Air pada Metode Kapasitas Lapang
Jenis Tanah          Kadar Air Kapasitas Lapang
Alfisol                              0,2 g

4. 2. Pembahasan
Pada metode percobaan menggunakan metode kapasitas lapang maka kadar air tanah alfisols yang diperoleh yakni 0,2 gram . Kadar air ini lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode gravimetrik pada tanah inseptisols yaitu 9,9 yang tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena tekstur yang dimiliki oleh tanah alfisol adalah tekstur kasar / pasir sehingga kemampuan mengikat air rendah. Karena tanah-tanah bertekstur pasir, butir – butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hardjowigeno (2003), yang menyatakan bahwa  tanah–tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, tanah inseptisols memiliki kadar air apabila dihitung dengan metode gravimetrik adalah 9,9 ini menunjukkan bahwa kandungan pada tanah inseptisols rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai kadar air tanah inseptisols pada percobaan gravimetrik lebih tinggi dari percobaan dengan metode kapasitas lapang pada tanah alfisols. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena ada beberapa lapisan pada tanah inseptisols bertekstur liat / halus. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk. (1985), yang menyatakan bahwa liat dapat menyimpan air lebih banyak dari pasir, karena liat mempunyai luas permukaan yang luas yang dapat diseliputi air. 
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar air pada tanah inseptisols dengan menggunakan metode gravimetri adalah 9.9% jika dibandingkan dengan kandungan air pada tanah alfisols yang dihitung dengan menggunakan metode kapasitas lapang adalah 0,2 g. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah / kadar air dalam tanah adalah hubungan tegangan dengan kelembapan, kadar garam, kedalaman tanah, dan strata atau lapisan tanah.
5. 2. Saran
Sebaiknya dalam memilih tanah pertanian, perlu diperhatikan kandungan air tanah untuk suatu jenis tanah. Karena kadar air tanah cukup berperan setelah bahan organik tanah yang turut mempengaruhi kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
 Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

 Hardjowigeno, H, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. PT Melton Putra: Jakarta.
                      2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
                       2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
 Hanafiah MS, Ali, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Praja Grafindo
            Persada: Jakarta.

 Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur
LAMPIRAN
Gravimetrik:
Perhitungan Kadar Air pada Profil tanah Inseptisols
Diketahui : Berat tanah basah                        = 20 garam
                  Berat tanah kering                        = 18,25 gram
Kandungan air tanah =  x 100 %
                                  = 20 – 18,25  x 100%
                                        18,25  
                                  =  9,9%
Kapasitas lapang
Perhitungan Kadar Air pada Profil tanah Alfisol
Diketahui :  Berat tanah basah                           = 37 gram
                  Berat tanah kering oven                = 30,9  gram
        Kadar air =  
                        = 37 – 30,9
                                30,9
= 0,2 gram

                   



Tidak ada komentar: