Jumat, 11 Mei 2012

Laporan Mengembang dan Mengerut


I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara lempeng–lempeng liat kristal tipe 2 : 1 menyebabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basah dan mengerut dalam keadaan kering.
            Pengembangan terjadinya karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid–koloid dan ion–ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah.
            Retakan–retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian lebih dalam. Namun, retakan–retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar–akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya pondasi gedung-gedung, sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang. Bukan hanya demikian tetapi pengembangan dan pengerutan juga terjadi dilokasi pengambilan profil tanah. Dapat dilihat dan dirasakan sendiri waktu berjalan dan menginjak tanah yang tergenang air, sangat jelas bahwa tanah
tersebut mengalami pengembangan karena saat diinjak tanah ini mengalami perubahan perubahan morfologi dari yang biasa saja menjadi bentuk menyerupai sesuatu yang menekannya.
Maka berdasarkan uraian diatas, perlu dilaksanakan praktikum atau percobaan tentang sifat mengembang dam mengerut pada tanah.
1. 2 Tujuan dan Kegunaan 
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengembang dan mengerut adalah untuk membandingkan pengembangan dan pengerutan pada tanah inseptisols.
            Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa tentang cara pengolahan pada tanah–tanah yang memiliki sifat pengembangan dan pengarutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Mengembang dan Mengerut
Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah–celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation–kation dan molekul–molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid–koloid dan ion–ion yang teradsobsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Anonim, 2006).
Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berda diantara satuan–satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air. Setelah mengalami kekeringan, suatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman, 1994).

Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan–retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Montmorilonit terdiri dari dua lapisan silikat dengan lapisan aluminium terikat erat oleh atom oksigen yang mana struktur terikat begitu lepas oleh penghubung oksigen yang sangat lemah, sehingga kisi hablur seperti puputan mengembang sangat mudah. Akibatnya hablur montmorilonit dapat mudah pecah menjadi butir–butir yang besarnya mendekati satuan struktur tunggal. Montmorilonit akan berkerut jika di keringkan, butir – butirnya berkeping halus mudah didispersikan (Foth. H.D, 1985).
Antara pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama lain. Ciri–ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah, tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik. Sifat tergantung pada struktur pengembangan tanah (Buckman 1994).
2. 2 Tanah yang Mempunyai Sifat Mengembang dan Mengerut
Tanah vertisol merupakan tanah yang mempunyai sifat mengembang dan mengerut. Hal ini disebabkan karena tanah vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih diseluruh horisonnya.
2. 3 Proses terjadinya Mengembang dan Mengerut
Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid–koloid dan ion–ion yang teradsobsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Anonim, 2006).
Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan–retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu
Praktikum Mengembang Mengerut ini dilaksanakan di laboratorium kimia tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari  Selasa, 9 November 2010 pukul 11.00 WITA sampai selesai.
3. 2 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, tabung reaksi, talang, gelas ukur dan oven.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel tanah, air, tissue dan aquadest.
3. 3 Prosedur Kerja
3. 3. 1 Pengerutan Tanah
1.      Memasukkan tanah pada cawan Petridis hingga hampir penuh
2.      Menambahkan air sehingga menimbulkan sedikit genangan, kemudian di ovenkan selama 1 X 24 jam ( 1 hari).
3.      Mengeluarkan cawan Petridis dan tanah kemudian dinginkan.
4.      Peningkatan pengerutan dapat dinyatakan dengan memperkirakan luas retakan- retakan dengan luas  permukaan tanah semula dalam keadaan basah. Retakan–retakan dibagi dalam segmen–segmen yang diukur panjang dan lebarnya.

5.      Perhitungan:
Pengerutan Tanah =                 Total luas retakan                              X 100
                Luas Permukaan Tanah
3. 3. 2 Pengembangan Tanah
1.      Memasukkan tanah kering ( 2 mm) ke dalam gelas ukur 50 ml hingga volume tanah 15ml . Gelas ukur ini dihentak – hentakkan beberapa kali untuk memadatkan tanah.
2.      Mengeluarkan tanah dari gelas ukur tersebut ke wadah lain.
3.      Memasukkan air sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur, kemudian masukkan lagi tanah sedikit demi sedikit hingga semua masuk ke dalam air. Air di dalam gelas ditambah bila ada bagian tanah yang belum basah.
4.      Membiarkan tanah membasah selama sekitar 30 menit, kemudian gelas ukur dihentak-hentakkan supaya tanah lebih padat.
5.      Membaca volume tanah yang telah basa tersebut. Menghitung besarnya persentase pertambahan volume tanah yang telah basah dibandingkan dengan yang kering.
6.      Menghitung nilai pengembangan tanah dengan persamaan :
Pengembangan tanah = Volume tanah basa – volume tanah kering  X 100 %
                                                            Volume tanah kering
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum sifat mengembang dan mengerut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 11; Persentase Pengerutan dan Pengembangan Tanah Vertisol
Jenis Tanah                   (%) Pengerutan             (%) Pengembangan
Vertisol                                   16                                  2

4. 2 Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas persentase pengembangan tanah vertisol adalah 2%. Hal ini disebabkan oleh penyerapan air oleh lapisan tanah vertisol ini yang dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan jumlah pori-pori yang dimilikinya. Hal ini dapat terjadi karena tanah vertisol selalu mengalami pencucian pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau hasil pencucian tanah vertisol yang berupa liat akan menengendap pada lapisan bawahnya sehingga sangat mempengaruhi tekstur tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang mnenyatakan bahwa liat pada tanah vertisol mengalami penumpukan pada lapisan bawahnya, hal ini disebabkan karena terjadi intensitas pencucian yang sangat besar pada musim hujan sehingga seluruh partikel liat akan dialirkan ke lapisan bawahnya. Dan akhirnya partikel liat
hasil pencucian tersebut mengalami pengendapan pada lapisan bawah pada musim kemarau karena tidak ada lagi air yang cukup untuk mengalirkannya hingga batuan induk.
            Pada percobaan pengerutan tanah vertisol diperoleh hasil pengerutan yaitu 16%. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh perubahan mendadak kandungan air dalam tanah, air  yang tekandung dalam ruang tanah atau pori tanah berkurang sehingga kepadatan tanahnya juga berkurang yang nantinya akan menyebabkan pelebaran pada ruang atau pori tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman (1994) yang mengatakan bahwa pengerutan terjadi pada waktu terjadinya pembebasan air, setelah mengalami kekeringan suatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan mengembang dan mengerut ini adalah persentasi pengembangan pada tanah vertisol lebih rendah dibandingkan persentase pengerutannya yaitu pengembangan senilai 2% dan pengrutan senilai 16%. Faktor–faktor yang mempengaruhi mengembang mempengaruhi mengembang dan mengerut adalah kadar air dalam tanah, luar ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat.
5. 2 Saran
Setelah mempelajari sifat mengembang dan mengerut tanah diharapkan kita dapat mengetahui kapankah  pengembangan dan pengerutan tanah terjadi serta mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi pengembangan dan pengerutan tanah tersebut, guna penanggulangan lebih lanjut pada tanaman yang menggunakan tanah sebagai media tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Tanah-Tanah Utama Indonesia. http://tanah.wordpress.com
Buckman, H. O., dan N, C Brady, 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Foth., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Hardjowigeno.  S., 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta. 
LAMPIRAN
Lampiran  : Perhitungan Persentase Pengembangan dan Pengerutan Tanah alfisol.
·  Pengembangan
Tanah Alfisol Lapisan 1.
Volume tanah kering            = 15 ml
Volume tanah basah             = 18,3 ml
Persentase Pengembangan    =volume tanah basah – volume tanah kering x100 %
                                                                  volume tanah kering
                                           =  18,3 – 15  x 100 %
                                                     15
                                           = 22 %
Tanah Alfisol lapisan 2.
Volume tanah kering            = 15 ml
Volume tanah basah             = 19,7 ml
Persentase Pengembangan    =volume tanah basah – volume tanah keringx100 %
                                                                Volume tanah kering
                                         =  19,7 – 15  x 100 %
                                                     15
                                         = 31,3 %

· Pengerutan
Luas Retakan            : Segmen 1 = 14 cm2                    Segmen 4 = 9 cm2
                               Segmen 2 = 12,25 cm2          Segmen 5 = 18,8 cm2
                               Segmen 3 = 7 cm2
Total luas retakan      = seg. 1 +  seg. 2    +  seg. 3  +  seg. 4  + seg. 5
                             = 14 cm + 12,25 cm +  7 cm   +   9 cm  + 18,8 cm
                             = 61,05 cm2
Luas Permukaan tanah                      = πr2 = 3,14.(4)2 = 50,24 cm2 
       Persentase Pengerutan tanah                        =     total luas retakan    x 100 %
                                                               Luas permukaan tanah
                                                            = 121,51 %




















Tidak ada komentar: