Jumat, 11 Mei 2012

Laporan Profil Tanah


I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dinamika dan evolusi alam ini terhimpun dalam definisi  bahwa tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsoildated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor  genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu priode waktu tertentu. Satu ciri pembeda utama adalah tanah ini secara fisik, kimiawi dan biologis,  serta ciri–ciri lainnya umumnya berbeda di banding bahan induknya, yang variasinya tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah, jenis- jenis tanah serta horizon–horizon tanah tersebut.
Secara vertikal tanah berdifferensiasi membentuk horizon-horizon (lapisan-lapisan) yang berbeda - beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik kimia, fisik dan biologis masing-masing. Pada hal ini profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi oleh cuaca disebut solum tanah.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum lapangan tentang profil tanah untuk lebih meningkatkan pemahaman kita terhadap tanah sebagai media tumbuh tanaman.                                                                    
1.      2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pengamatan profil tanah adalah untuk mengetahui sifat fisik, biologi, dan kimia pada tanah ultisol serta faktor–faktor yang mempengaruhinya. Dengan diketahuinya sifat–sifat dan tabiat/ perilaku tanah akan dapat diketahui pula tentang tanaman apa yang sesuai untuk tanah inseptisols.
Kegunaan langsung dari pengamatan profil tanah ini antara lain sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa dalam mempelajari profil tanah dengan mengetahui sifat kimiai tanah hanya dengan melihat warna tanah  ataupun sifat fisika tanah yang lainnya. 
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1  Profil Tanah
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri dari lapisan–lapisan atau disebut horizon, yang bisa diamati dengan menggunakan profil tanah (dasar2ilmutanah.blogspot.com).
Profil tanah adalah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Dimana penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipe–tipe tanah memiliki ciri khas yang di pandang dari sifat–sifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetik dalam tanah (Mulyadi, 2007).
Syarat-syarat penampang tanah antara lain sebagai berikut:
Ø  Lubang penampang harus besar, suupaya orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
Ø  Ukuran penampang 1,5x1 meter sampai bahan induk dan pemeriksaan disisi lubang penampang ruang sudah mendapat sinar matahari.
Ø  Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
Ø  Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemikiman.
Ø  Jika berair, maka air yang berada dlam penampang harus haris dikeluarkan sebelum pengmamatan.
Ø  Lakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
2. 2 Tanah Inseptisols
Inseptisol adalah tanah-tanah yang kecuali dapat memilki epipedon okrik dan horizon albik seperti yang dimilki tanah entisol juga mempunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain (Hardjowigeno, 2007).
            Inseptisol memiliki karakteristik dari kombinasi sifat-sifat yang tersedianya air untuk tanaman lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C organik dan KTK dalam tanah  inseptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inseptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika (Darmawijaya,1990).
Salah satu penciri terpenting bagi inseptisol adalah ditemukannya horizon kambik pada kedalaman kurang lebih 100 cm. Apabila horizon kambik tidak ditemukan, tanah dapat diklasifikasikan juga sebagai inceptisol bila mempunyai horizon klasik, petroklasik, duripan (Munir, M.1996).
Beberapa Inseptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah. Beberapa inseptisol yang lain telah dapat diduga arah perkembangannya apakah ke ultisol, alfisol, atau tanah-tanah yang lain (Hardjowigeno, 2003).
2. 3 Faktor Pembentukan Tanah
Faktor–faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah inseptisols salah satunya adalah pengendapan yang berulang – ulang oleh genangan air.  Genanagan air yang tidak mengalir akan menyebabkan butir–butir halus seperti liat atau debu menjadi dapat diendapkan. Selain itu pelapukan batuan induk menjadi bahan organik tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah juga dapat menjadi faktor terbentuknya tanah inseptisols pada suatu daerah tertentu ( Hardjowogeno, 2003).
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3. 1 Letak Astronomis dan Geografis
Pengambilan sampel tanah Inseptisols berada di Dusun Pangkaje’ne Desa Pattapang, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Secara Astronomis titik pengambilan sampel tanah inseptisol berada pada 05° 22’ 45,5” LU dan 119° 33’ 42,6” LS. Secara geografis lokasi pengambilan sampel tanah Inseptisol yaitu:
Ø  Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jera Bakka
Ø  Sebelah barat berbatasan dengan Desa Timbuseng
Ø  Sebelah utara berbatasan dengan Barugaya
Ø  Sebelah selatan berbatasan dengan Malolo
3. 2 Iklim
Iklim merupakan faktor yang sangat penting pada proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi fisik di dalam tanah. Daerah ini termasuk iklim C, sesuai dengan iklim Fergussan. Keadaan lokasi C2-C3 dengan curah hujan rata–rata berkisar 800 1500  mm. Disisi lain daerah ini juga dapat di golongkan sebagai daerah Humid ( lembab) apabila bernisbah antara 40 – 160, yaitu kawasan yang bercurah hujan lebih besar dibandingkan dengan
evaporasinya, sehingga proses mineralisasinya lebih lambat dibanding humifikasinya. Tanah di daerah beriklim seperti ini biasanya berwarna kuning atau merah seperti jenis tanah inseptisol.
3. 3 Topografi
Topografi merupakan tingkat kemiringan suatu wilayah atau relief yang biasanya dibagi dalam bentuk persen (%) maupun derajat (°). Topografi yang ada di wilayah pengambilan sampel tanah inseptisols mempunyai kelas kelerangan 3 – 8 % yang berati berombak dan sebagian wilayahnya pada umumnya datar.
3. 4 Vegetasi
Vegetasi yang ada di daerah pengambilan sampel sebagian besar merupakan tanaman perkebunan yaitu tebu yang dikembangkan secara rotasi oleh pihak pengelola. Selain tanaman utama terdapat banyak tanaman perkebunan lain yang merupakan vegetasi sampingan yang ada di wilayah ini seperti mangga, kapok randu, pisang dan masih banyak tanaman perkebunan lainnya yang diolah oleh para petani setempat yang ada di daerah ini.
IV. METODOLOGI
4. 1 Tempat dan Waktu
Praktikum profil tanah dilaksanakan di wilayah perkebunan tebu (PT PN XIV) tepatnya di Desa Pangkaje’ne, Desa Pattapang, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Praktikum ini berlangsung pada hari Minggu, Tanggal 26 September 2010, pukul 13. 00 – selesai.
4. 2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan profil tanah adalah:
·         Meteran untuk mengukur tebal, dalam dan batas lapisan, ukuran kandungan bahan kasar, struktur, karatan dan perakaran.
·         Cutter untuk menarik batas lapisan, perbedaan warna struktur untuk mempelajari gumpalan-gumpalan bahan-bahan kasar, selaput liat dan untuk mengiris akar-akar tanaman.
·         Penusuk (pin) untuk penahan pita meteran
·         Buku munsell Soil Colour Chart untuk menetapkan warna tanah dan segala gejala yang terdapat pada penampang.
·         Pengukur pH (baik elektroda maupun lakmus) untuk mengetahui derajat kemasaman tanah.
·         Loupe untuk mengenal makroskopis batu-batu mineral serta selaput liat dan bentukan-bentukan khusus.
·         Palu untuk mencegah batu guna dipelajari atau diambil contohnya untuk mengukur kekerasan pada konkresi.
·         Air untuk membasahi massa tanah dalam penentuan tekstur dan konsistensi dalam keadaan lembab dan basah.
·         Daftar isian profil (DIP) untuk mencatat semua parameter pengamatan secara sistematis.
·         Kantong plastik untuk tempat sampel tanah yang telah diganggu.
·         Kertas label untuk pemberian tanda pada sampel tanah yang telah diambil.
·         Sendok tanah untuk mengambil contoh tanah.
·         Abney level untuk menentukan kemiringan tempat (% atau 0).
·         Kompas untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letak penampang terhadap sesuatu yang tetap dilereng. 
·         GPS (Global Positing System) untuk menentukan letak profil berdasarkan lintang dan bujur.
·         Peta topografi untuk mengetahui lokasi.
·         Peta kerja untuk melokalisasi penampang tanah.
·         Buku pedoman pengamatan tanah di lapang.
4. 3 Prosedur Kerja
4. 3. 1 Penggalian Profil
·         Membersihkan daerah yang telah ditetapkan sebagai tempat penggalian profil tanah.
·         Melakukan penggalian dengan lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya dfan pemeriksaan dapat berjalan sempurna.
·         Ukuran penampang 1,5x1 meter sampai bahan induk dan memilih pemeriksaan di sisi lubang penampang yang terdapat sinar matahari yang cukup.
·         Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
·         Mengeluarkan air dalam penampang profil tanah, jika berair sebelum pengambilan sampel tanah.
4. 3. 2 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
·          Mengambil tanah dengan sendok tanah atau pisau pada masing – masing lapisan tanah yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya.
·          Memisahkan masing – masing tanah yang telah kita ambil dari masing – masing lapisan dan masukkan kedalam kantung plastic dan beri label sesuai lapisan masing – masing.
4. 3. 3 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
·         Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
·         Menekan ring sampel ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
·         Meletakkan ring sampel kedua tepat di atas ring sampel pertama, kemudian menekan lagi sampai bagian bawah masuk ke dalam tanah.
·         Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan pisau dan sendik tanah dengan hati-hati.
·         Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian memotong kelebihan tanah yang ada permukaan ring sampel dengan menggunakan cutter.
·         Membungkus ring sampel dengan plastik, lalu penyimpanannya dalam tempat yang telah disediakan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1  Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, maka diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
Tabel 1; Hasil Pengamatan Profil Tanah Inseptisols
Parameter Pengamatan
I
II
III
Kedalaman lapisan (cm)
0 -14
14 – 45
45 -100
Batasan lapisan
Tegas
Berangsur
Berangsur
Topografi Batas Lapisan
Rata
Berombak
Berombak
Warna (munsell)
5 YR 3/2 (Dark redish brown) 
5 YR 4/6 (yellowish red)
7,5 YR 4/6 (strong brown)
Tekstur
Lempung berpasir
Lempung berliat
Liat
Struktur
Kasar
Sedang
Halus
Konsistensi
Basah
Lembab
Lembab
Karatan
Al, Mn dan Fe
Al, Mn dan Fe
Al, Mn dan Fe

5. 2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diperoleh tiga lapisan. Lapisan pertama, berada pada kedalaman 0 - 14 cm, lapisan kedua berada pada kedalaman 14 – 45 dan lapisan ketiga berada pada kedalaman 45 – 100 cm. Ketiga lapisan ini memiliki perbedaan fisik, biologi dan kimia. Perbedaan–perbedaan ini dapat dilihat dari batasan lapisan, topografi, warna, tekstur, stuktur, konsistensi dan karatan.
Dilihat dari segi batasan lapisan, lapisan pertama memiliki batasan lapisan yang tegas, lapisan kedua memiliki batasan lapisan berangsur dan lapisan ketiga juga sama bengan lapisan kedua, yaitu berangsur. Hal ini disebabkan oleh bentuk topografi dari batasan horison yang kadang–kadang rata, berombak, tidak teratur atau terputus. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2007) bahwa dalam pengamatan tanah di lapangan ketajaman peralihan horison dibedakan ke dalam tiga tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5), berangsur, dan baur.
Topografi batas lapisan tanah inseptisol pada tiap lapisan adalah rata dan berombak. Topografi lapisan pertama rata, batas lapisan kedua dan ketiga berombak. Hal ini disebabkan oleh keadaan wilayah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa untuk topografi batas lapisan tersebut rata, berombak, tidak teratur atau terputus.
Warna lapisan tanah inseptisol pada tiap lapisan adalah 5 YR ¾ ( Dark redish brown), 5 YR 4/6 ( Yellowish red), 7,5 YR 4/6 (Srong brown). Pada lapisan I memiliki warana 5 YR ¾ ( Dark Redish Brown), lapisan II memiliki warna 5 YR 4/6 ( Yellowish red ) dan lapisan III memiliki 7,5 YR 4/6 (Srong brown). Hal ini disebabkan karena karatan yang berbeda – beda disetiap lapisan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna–warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam ini warna disusun oleh tiga variabel yaitu hue, value dan chroma.
Tekstur, tekstur tanah pada lapisan pertama yaitu lempung berpasir, lapisan kedua mempunyai tekstur lempung berliat, sedangkan pada lapisan ketiga mempunyai tekstur liat. Hal ini disebabkan karena perbandingan relatif berat pasir, debu dan liat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno 2007 yang menyatakan bahwa pada lapisan pertama hanya terdapat sedikit fraksi liat. Hal ini disebabkan karena jumlah fraksi debu, liat dan pasir tidak berbeda jauh. Selain itu pada lapisan kedua terjadi pencucian maksimal terhadap liat, sedangkan pada lapisan ketiga tekstur tanahnya liat ciri-ciri tanah liat adalah apabila dipijit tanahnya sangat lengket ditangan, mudah dibentuk dan terasa halus.
Struktur tanah pada lapisan pertama adalah kasar, pada lapisan kedua berstruktur sedang, dan pada lapisan ketiga struktur tanahnya halus. Hal ini disebabkan karena tanah pada profil pertama merupakan tanah yang tergenang sehingga struktur tanahnya kasar, sedangkan pada profil kedua merupakan tanah yang tidak tergenang sehingga strukturnya kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat A.K Pairunan 1998 yang menyatakan bahwa susunan butiran pasir, debu dan liat berpengaruh besar pada sifat–sifat tanah.
Konsistensi tanah merupakan daya kohesi dan adhesi butir-butir tanah. Konsistensi pada lapisan pertama basah, konsistensi pada lapisan kedua dan ketiga lembab. Hal ini disebabkan karena tanah tersebut kaya akan fraksiliat, plastida, dan juga kandungan liat lainnya yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady, 2002 menyatakan bahwa daya lekat tanah bertambah besar dengan besarnya kandungan liat. Tanah yang mempunyai konsisten baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah. Oleh karena itu, tanah dapat ditemukan pada keadaan basah, lembab atau kering maka penyipatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa terjadinya karatan pada lapisan pertama, kedua dan ketiga . Pada lapisan pertama mengandung Al, lapisan kedua mengandung Mn dan lapisan ketiga mengandung Fe. Hal ini terjadi karena tanah banyak mengandung unsur logam seperti Al, Mn dan Fe yang menyebabkan tanah kurang begitu subur dan terjadi karatan. Hal ini disebabkan oleh proses pencucian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno 2003 bahwa penentuan jenis karatan pada tanah dapat dilihat pada adanya bintik hitam atau kuning yang terdapat pada tanah. 
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan tersebut maka jenis tanah yang telah diamati termasuk jenis tanah inseptisols dengan melihat karatan yang dikandung oleh tiga horizon yang telah diamati yakni dengan kadar Al, Mn dan Fe yang cukup. Sebenarnya tanah inseptisols secara potensial dapat di manfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor atau kalium yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Maka dengan alasan tersebut pada umumnya tanah inseptisols akan lebih berpotensi untuk digunakan sebagai lahan pertanian yaitu seperti pertanian campuran.
6. 2 Saran
Setelah melakukan pengamatan, diperoleh kesimpulan bahwa tanah sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga pemanfaatannya juga perlu diperhatikan sehingga kelak dapat bermanfaat dan dapat menunjang kehidupan warga sekitar. Setelah pengamatan ini diketahui bahwa sebenarnya tanah inseptisols yang kita telah amati juga memiliki potensi yang tinggi dan alangkah bagusnya jika lahan yang berjenis tanah inseptisols ini dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat bernilai ekonomis yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
A.K Pairunan. 1998. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi            Negeri Indonesia Timur (PKS – PTN – INTIM).
Buckman dan Brady. 2002. Konsistensi Tanah.Brawijaya : Surabaya.
Darmawijaya. 1990. Ilmu tanah, Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2003. Dasar - dasar Ilmu Tanah. Rajawali pers, Jakarta.
Hardjowigeno, H.S. 2003. Ilmu tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
                                 2007. Ilmu tanah, Jakarta.
 Hardjowigeno, HS. 2003. Klasifikasi Tanah dan Biogenesis. Akapress, Jakarta.
Madjid, abdul.Dr.Ir.MS. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Dasar2ilmutanah.blogspot.com.
3 oktober 2009.
Mul, M.S. 2007. Analisis Tanah, air dan jaringan tanaman. Rieneka Cipta , Jakarta.
Tim dosen dan asisten. 2010. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar

Tidak ada komentar: