PENDAHULUAN
Ilmu Pemuliaan Tanaman merupakan ilmu atau pengetahuan
terpakai (applied science) yang berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu –
ilmu lain, khususnya agronomi. Dahulu, ketika manusia hidup berpindah – pindah,
untuki memenuhi kebutuhan pangan mereka dengan mudah mencarinya di hutan.
Tetapi setelah hidup menetap, mereka mulai bercocok tanam. Dengan bercocok
tanam, secara sadar atau tidak, mereka mulai melakukan seleksi dalam mencari
bahan – bahan pertanaman, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Sekarang, dengan jumlah penduduk yang sudah demikian padat dan perkembangan
ilmu serta teknologi yang demikian pesat, manusia harus berbuat sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang diambil dari tanaman, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Di Negara kita, untuk mencukupi kebutuhan, khususnya bahan
pangan, pengembangan tanaman pangan dilakukan secara ekstensif dan intensif.
Pengembangan tanaman secara ekstensif bertujuan untuk meningkatkan produksi
dengan cara memperluas areal pertanaman, sedangakan pengembangan tanaman secara
intensif bertujuan untuk meningkatkan produksi dengan cara menaikkan produksi
per satuan luas lahan. Pengembangan tanaman secara intensif umumnya dilakukan
di daerah – daerah yang berpenduduk padat. Sejak tahun 1950-an, peningkatan
produksi bahan makanan sudah merupakan program utama. Intensifikasi dilakukan,
yaitu: (1) perbaikan cara bercocok tanam, (2) penggunaan varietas unggul; 3)
pemakainan pupuk dengan dosis dan waktu yang tepat, 4) pengendalian hama dan penyakit,
dan 5) pengelolaan pengairan.
Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan
tingginya produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas
unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman. Suatu varietas unggul tidak
selamanya akan menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama produksi akan makin
menurun tergantung pada komposisi genetiknya.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang gen,
pewarisannya dan keragamannya. Termasuk di dalamnya mempelajari tentang sel,
fungsi dan peranannya dalam pewarisan sifat, siklus hidup, fungsi dan peranan
gen dan hubungannya dengan kromosom dan kemungkinan perubahannya.
Teori dan prinsip – prinsip genetika telah lama diterapkan
pada tanaman. Keberhasilan manusia meningkatkan produktivitas tanaman pangan
memlalui pemuliaan tanaman merupakan salah satu contoh penerapan ilmu genetika
tumbuhan untuk kepentingan manusia. Kegiatan pemuliaan tanaman, pada dasarnya
banyak memanfaatkan prinsip – prinsip genetika hasil penelitian klasik Gregor
Mendel pada Pisum sativum tentang pewarisan sifat. Mendel berhasil menjelaskan
bagaimana suatu sifat diwariskan dari tetuanya kepada anak dalam suatu
persilangan antar tanaman dengan sifat yang berbeda.
Sampai saat ini ini pemuliaan tanaman tetap menggunakan prinsip
– prinsip genetika dan mencari terobosan baru melalui teknologi yang baru yang
dikenal dengan istilah bioteknologi.
Genetika tumbuhan merupakan salah satu bagian dari Genetika.
Genetika tumbuhan penting dipelajari karena manusia memerlukan food supply sehingga,
melalui genetika tumbuhan yang menyediakan pengetahuan mengenai dasar-dasar
genetic tumbuhan dapat dikembangkan tanaman yang memiliki sifat yang lebih
baik, baik bagi alam maupun bagi kepentingan manusia.
PEMBAHASAN
Pemuliaan tanaman diartikan sebagai suatu metode yang secara
sistematik merakit keragaman genetic manjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Dengan demikian pemuliaan tanaman diperlukan untuk
menciptakan adanya keragaman genetic, sistem-sistem logis dalam pemindahan dan
fiksasi gen, konsepsi dan tujuan atau sasaran yang jelas serta mekanisme
penyebarannya terhadap masyarakat. (Jumin, 2002).
Secara umum tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk memperbaiki
sifat – sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun pada
hakikatnya, tujuan akhir adalah ekonomis, karena meningkatnya nilai dan jumlah
hasil yang diperoleh, maka akan diperoleh keuntungan yang lebih besar.
Perkembangan genetika sebagai ilmu tidak lepas dari percobaan
yang dilakukan Mendel pada Pisum sativum. Mendel berhasil menjelaskan bagaimana
sifat diwariskan dari tetuanya kepada anak dalam suatu persilangan antar
tanaman dengan sifat yang berbeda.
Pisum sativum memiliki keuntungan digunakan dalam percobaan
genetika karena mudah didapat, mempunyai keragaman yang jelas bisa dibedakan
meliputi warna biji, bentuk biji, warna bunga. Pisum sativum memiliki bunga
cukup besar sehingga memudahkan pesilangan buatan.
Pada persilangan dengan satu sifat beda, mendel menyilangkan
tanaman dengan bunga ungu dengan tanaman berbunga putih dan dihasilkan tanaman
berbunga ungu (F1). Sifat bunga ungu ini disebut dominan. Jika F1 disilangkan
dengan F1 maka dihasilkan bunga F2 dengan perbandingan ungu : putih = 3:1.
Sifat yang diamati disebut fenotipe, sedangkan faktor yang mengendalikan
disebut genotipe.
Pada persilangan dengan dua sifat beda, misalnya bulat kuning
(RRYY) dengan hijau keriput (rryy), dihasilkan F1 bulat kuning (RrYy). Jika F1
diselangkan dengan F1, diperoleh perbandingan bulat kuning, bulat hijau,
keriput kuning, keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Dari persilangan ini maka ditetapkan hukum mendel I atau hukum segregasi dan hukum mendel II atau hukum pisah bebas.
Dari persilangan ini maka ditetapkan hukum mendel I atau hukum segregasi dan hukum mendel II atau hukum pisah bebas.
Dalam genetika tumbuhan, pengetahuan mengenai mitosis dan meiosis tidak bisa dilupakan. Mitosis
didefinisikan sebagai proses pembelahan nucleus yang berasosiasi dengan
pembelahan sel somatic yang menghasilkan sel baru yang identik dengan asalnya
dan memiliki jumlah kromosom yang identik dengan asalnya. Siklus sel terdiri
dari beberapa periode yaitu G1, S (sintesis), G2 (yang merupakan bagian dari
interfase) dan M (mitosis). Mitosis terdiri dari profase, metaphase, anaphase
dan telofase. Meiosis merupakan proses ketika terjadi gametogenesis dan
kromosom menjadi haploid. Meiosis terdiri dari dua siklus yaitu meiosis I dan
meiosis II.
Tahap-tahapan dalam siklus hidup tumbuhan termasuk proses
fertilisasi dan perkembangan embrio, merupakan hal mendasar dalam pemuliaan
tanaman. Siklus hidup tumbuhan menunjukkan periode yang berselang-seling antara
fase haploid dan fase diploid. Pada tanaman, sel haploid dibentuk melalui
meiosis dan disebut ‘spora’. Tanaman haploid ini membentuk gamet yang disebut
gametifit. Tanaman diploid yang memproduksi spora disebut sporofit.
Meiosis menghasilkan dua macam spora. Spora yang diproduksi
di anter disebut mikrospora. Mikrospora dibentuk dari sel khusus yang disebut
sel induk mikrospora. Sel induk mikrospora adalah sel-sel diploid yang membelah
membentuk empat mikrospora yang haploid. Gametofit jantan menjadi matang,
setelah inti sel membelah menjadi 2 sel sperma. Spora yang dihasilkan ovum
tersebut megaspore, pada tiap ovum, sel diploid (sel induk megaspore) mengalami
pembelahan meiosis, membentuk empat megaspore yang haploid. Tiga dari empat
megaspore terdisintegrasi sedang satu megaspore menjadi megaspore yang
fungsional. Inti sel dari megaspore fungsional membelah melalui mitosis
sebanyak tiga kali, menghasilkan emapat nukleus.
Konsep umum mengenai cara kerja gen atau ekspresi gen adalah
berdasarkan kedominanan dan keresesifan. Artinya, alel terekspresi secara
komplit pada fenotipe atau tidak terekspresi sama sekali. Prinsip ini merupakan
prinsip Mendel. Tetapi penelitian membuktikan bahwa terdapat banyak macam aksi
gen dan interaksi yang mempengaruhi pola segregasi. Tipe dari aksi gen dapat
dibedakan menjadi dua katagori umum yaitu antar alel pada lokus yang sama
(intralokus) dan antar alel pada lokus-lokus yang berbeda (interlokus).
Peristiwa lain yang cenderung memperlihatkan hasil peristiwa
genetika yang kurang jelas adalah ekspresivitas. Ekspresivitas
adalah derajat atau tingkat suatu genotype tertentu mengekspresikan fenotipenya
pada suatu individu. Contohnya, genotype A_ yang seharusnya berfenotipe merah,
tetapi yang tampak adalah derajat warna yang berbeda-beda, misalnya warna biru,
merah tua, merah muda, putih. Ekspresivitas warna yang berbeda-beda ini karena
adanya pengaruh gen-gen lainnya atau pengaruh lingkungan yang tidak diketahui
dengan pasti.
Kondisi
lingkungan yang penting
Cahaya: Lamanya penyinaran atau lamanya periode gelap dapat
menginduksi munculnya bunga pada beberapa species tanaman. Suhu: Banyak proses
biokimia dipengaruhi oleh suhu. Lintasan reaksi biokimia melibatkan enzim yang
peka terhadap suhu. Perubahan suhu dapat mengubah fenotipe. Nutrisi: Contohnya,
efek beberapa genotype baru dapat dilihat hanya kalau tanaman dalam lingkungan
stress. Perlakuan buatan: Ekspresi suatu sifat bisa tidak nampak karena
pemberian senyawa kimia atau hormon.
Variasi/Keanekaragaman
genetik
Variasi atau keanekaragaman genetik sangat penting karena
jika tidak terdapat variasi genetik, maka apabila terjadi perubahan lingkungan
yang cukup keras akan dapat mengakibatkan punahnya suatu spesies pada habitat
alaminya.
Keragaman genetik dalam bentuk variasi alelik disebabkan oleh mutasi. Mutasi terjadi secara spontan dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada lokus dan informasi genetic dari area sekitarnya pada kromosom. Mutasi menghasilkan perubahan DNA, yang akibatnya mengubah enzim-enzim dan menyebabkan variasi dalam mekanisme fisiologi yang nantinya dievaluasi melalui proses seleksi alam.
Keragaman genetik dalam bentuk variasi alelik disebabkan oleh mutasi. Mutasi terjadi secara spontan dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada lokus dan informasi genetic dari area sekitarnya pada kromosom. Mutasi menghasilkan perubahan DNA, yang akibatnya mengubah enzim-enzim dan menyebabkan variasi dalam mekanisme fisiologi yang nantinya dievaluasi melalui proses seleksi alam.
Migrasi
tanaman dan evolusi yang diarahkan manusia
Campur tangan manusia mempunyai kontribusi yang sangat
signifikan pada evolusi tanaman. Saat manusia memulai kultur dan mendomestikasi
tanaman, mereka menyeleksi genotipe-genotipe yang paling baik yang memenuhi
kebutuhan. Sifat seperti kestabilan produksi merupakan sifat yang sangat
diinginkan. Karakter –karakter lain seperti warna, rasa juga merupakan
contoh-contoh sifat yang diinginkan. Dengan berpindahnya manusia dari satu area
ke area lainnya, tanaman atau benih juga dibawa dan diuji di daerah mereka yang
baru. Proses ini disebut introduksi. Introduksi merupakan hal
penting dalam pemuliaan tanaman, karena menawarkan potensi penggunaan genotipe
berbeda untuk meningkatkan penampilan tanaman pada daerah tertentu.
Koleksi
Plasma Nutfah
Keragaman genetik suatu spesies tanaman dapat menurun karena
aktivitas manusia atau karena bencana alam. Aktivitas manusia dapat meliputi
pembudidayaan tanaman, menanam atau memperluas jenis-jenis unggul baru sehingga
jenis-jenis local yang amat beragam akan terdesak bahkan dapat lenyap, juga
aktivitas pembangunan jalan dan gedung-gedung.
Untuk menghindari lenyapnya jenis-jenis yang ada maka perlu
ada suatu lembaga yang mampu melakukan koleksi jenis-jenis tersebut. Pemerintah
berbagai negara mensponsori kegiatan-kegiatan expedisi untuk tujuan koleksi
plasma nutfah. Beberapa lembaga internasional telah melakukan koleksi secara
intensif.
Pada dasarnya, pemuliaan tanaman bertujuan untuk mendapatkan
varietas unggul yang baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang
sudah ada. Metode pemuliaan tanaman berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi yang pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara pemilihan dari
keragaman populasi baik yang alami, hasil persilangan, penggandaan kromosom,
dan mutasi, serta yang secara inkonvensional dengan cara rekayasa genetika.
Dalam praktek, cara – cara tersebut saling terkait satu sama lain (Anonim, 2010).
Banyak metode yang dapat dilakukan dalam pemuliaan tanaman
penyerbuk sendiri. Penerapan atau pemilihan suatu metode pemuliaan untuk suatu
komoditas tanaman tertentu memerlukan pengetahuan dasar yang cukup karena
banyak faktor atau hal yang perlu diketahui. Misalnya, tersedianya keragaman,
cara
– cara perkembangbiakan, umur tanaman, tipe penyerbukan, pola pewarisan sifat
dan lain – lain. Dengan kata lain, pemulia tanaman harus mengenal tanamannya
Penyimpanan
pollen
Penyimpanan pollen diperlukan jika tanaman yang akan
disilangkan memiliki waktu masak yang berbeda, sehingga pollen perlu disimpan
dalam jangka waktu tertentu untuk memastikan kesegarannya sebelum digunakan
untuk menyerbuki kepala putik. Penyimpanan pollen juga diperlukan jika tanaman
yang akan disilangkan memiliki lokasi berjauhan.
Mengkoleksi butiran pollen pada kondisi viable merupakan
persyaratan utama untuk menjamin kesegaran polen dalam jangka waktu yang cukup
panjang. Polen yang dikoleksi pada masa awal berbunga, pertengahan masa
berbunga atau akhir masa berbunga, akan memiliki variasi lamanya polen dapat
disimpan. Polen yang dikoleksi pada pagi, siang atau sore juga berespon berbeda
terhadap lama penyimpanan. Umumnya, polen yang diambil segera setelah bunga
mekar akan memiliki daya simpan terbaik (Anonim, 2010)
Suhu dan kelembaban memiliki pengaruh terbesar terhadap daya
simpan polen. Secara umum, semakin rendah suhu dan kelembaban akan meningkatkan
daya simpan pollen. Penyimpanan pollen dalam jangka waktu pendek memerlukan
suhu rendah dan kelembaban yang rendah, sedangkan penyimpanan jangka panjang
(beberapa bulan sampai tahun) dapat dicapai dengan penyimpanan pada suhu yang
sangat dingin (cryopreservation).
Suhu yang tepat untuk penyimpanan pollen, berbeda antar
spesies tapi biasanya dibatasi oleh ketersediaan fasilitas seperti kulkas,
freezer atau ketersediaan nitrogen cair. Kisaran suhu yang umum digunakan
adalah 20 – 25 derajat Celcius (suhu ambient), 5 – 10 derajat Celcius (sejuk),
0(freezer), -10 - 20 derajat Celcius (deep freeze) dan -196 derajat Celcius
(cryopreservation dengan menggunakan nitrogen cair).
Animasi koleksi pollen
Pollen viability test. Viabel berarti hidup. Viabilitas polen
merupakan parameter penting dalam pemuliaan tanaman, karena pollen harus hidup
dan mampu berkecambah pada saat penyerbukan agar terjadi pembuahan. Daya simpan
pollen diuji dengan mengukur viabilitas setelah disimpan pada kondisi tertentu.
Banyak test viabilitas polen yang sudah terstandardisasi, yang paling sering
digunakan adalah fluorochromatic reaction (FCR) test. Namun yang lebih mudah
dan praktis dilakukan jika tidak memiliki mikroskop fluorescence adalah uji
perkecambahan polen.
PENUTUP
v Kesimpulan:
ü Pemuliaan
tanaman diartikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman
genetic manjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
ü Secara
umum tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk memperbaiki sifat – sifat tanaman,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
ü Perkembangan genetika sebagai ilmu tidak lepas dari percobaan
yang dilakukan Mendel pada Pisum sativum. Mendel berhasil menjelaskan bagaimana
sifat diwariskan dari tetuanya kepada anak dalam suatu persilangan antar
tanaman dengan sifat yang berbeda.
ü Mitosis
didefinisikan sebagai proses pembelahan nucleus yang berasosiasi dengan
pembelahan sel somatic yang menghasilkan sel baru yang identik dengan asalnya
dan memiliki jumlah kromosom yang identik dengan asalnya.
ü Meiosis
merupakan proses ketika terjadi gametogenesis dan kromosom menjadi haploid.
v Saran:
Sebaiknya
dalam mempelajari genetika lebih efisien lagi, mengingat genetika dapat
dikatakan sebagai salah satu dasar dalam mempelajari ilmu-ilmu lain yang
berkaitan dengan genetika itu sendiri. Sebagai contohnya yaitu pemuliaan
tanaman.