Selasa, 05 Juni 2012

Laporan Aklimatisasi


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu tahapan yang sangat penting dalam teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi planlet yang ditanam secara in vitro kedalam rumah kaca atau langsung ke lapang (Pospisilova et al, 1996). Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Wetherell (1982) menuliskan aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur terhadap lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya. Torres (1989) menuliskan aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan lingkungan.
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut. Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna (Wetherell, 1982). Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya (Torres, 1989). Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman akan tetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan “dilatih” untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks secara bertahap pula Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Menurut sutiyoso (1986) media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999; Sinaga, 2001). Arang sekam merupakan salah satu media hidroponik yang baik karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut; mampu menahan air dalam waktu yang relatif lama, termasuk media organik sehingga ramah lingkungan, lebih steril dari bakteri dan jamur karena telah dibakar terlebih dahulu, dan hemat karena bisa digunakan hingga beberapa kali.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
          Tujuan dari praktikum ini yaitu Memberikan pengalaman kepada praktikan tentang tata cara aklimatisasi planlet hasil kultur jaringan.
          Kegunaan mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam di lapang dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik
II.  TINJAUAN PUSTAKA
Aklimatisasi merupakan suatu tahapan yang penting karena pada tahap ini tanaman (planlet) akan diadaptasikan agar dapat hidup di lapang sehingga mampu menjadi tanaman yang normal. Seperti yang telah disebutkan pada bagian latar belakang bahwa planlet hasil kultur jaringan adalah tanaman yang bersifat aseptic dan heterotrof karena terbiasa di lingkungan yang optimum untuk petumbuhannya, daunnya belum mampu berfotosintesis, sangat rentan terhadap respirasi berlebih, dan dipastian mempunyai potensi kematian yang tinggi jika langsung ditanam di lapang tanpa adanya proses aklimatisasi terlebih dahulu. Percobaan ini menggunakan bibit krisantimum (Chrysanthemum sp.) hasil kultur jaringan yang telah berumur 8-12 minggu dan bibit kentang (Solanum tuberosum L.) hasil enkapsulasi. (Wetherelll, 1982).
Hal yang pertama kali dilakukan praktikan adalah mengeluarkan planlet dari botol dengan hati-hati agar tidak putus dan pastikan bibit tersebut telah berakar, dengan pertimbangan bahwa planlet yang dinilai telah memiliki akar yang cukup akan memudahkan dalam proses penyerapan hara dari media tanam. Kemudian planlet dicuci bersih dengan air yang sudah dimasak secara perlahan sampai semua agar-agar sudah tidak ada pada akar planlet, setelah itu planlet di rendam pada larutan Dithane/benlate 1 g/L + Agrept 1 g/L selama 10 menit, larutan tersebut berfungsi sebagai bakterisida dan fungisida. Media yang digunakan yaitu arang sekam yang sudah disterilkan kemudian dibasahi sampai jenuh dengan air steril. Lalu planlet ditanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat agar bibit tidak membusuk. Wadah tanam (pot) yang digunakan yaitu gelas transparan bekas air mineral. Wadah yang telah ditanami planlet tersebut selanjutnya ditutup dengan gelas transparan lainnya, hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban dilingkungan tumbuh planlet lalu disimpan di ruang kultur. Penyiraman dilakukan hanya jika media dinilai kekurangan air,selain itu penyiramana juga dilakukan untuk menjaga kelembaban. (Marzuki, 1999; Sinaga, 2001).
Data pengamatan menunjukan bahwa dari mulai 0 MST sampai 3 MST untuk variable pengamatan jumlah planlet hidup dan tinggi planlet terus mengalami penurunan (tabel 1 dan tabel 2). Terlihat bahwa data pada variable tinggi planlet dapat dikatakan tidak wajar karena hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, sehingga tidak mungkin mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya jumlah planlet yang hidup sedangkan data ulangan tinggi planlet adalah hasil penjumlahan data tinggi planlet dalam setiap ulangan dibagi dengan jumlah ulangan, sehingga dengan berkurangnya jumlah planlet yang hidup terjadi pengurangan angka yang dibagi sedangkan angka pembagi jumlahnya tetap. Data variabel pengamatan jumlah daun mengalami peningkatan dari 0 MST sampai 2 MST, lalu mengalami penurunan pada 3 MST. Hal ini disebabkan oleh adanya absisi (gugur) pada daun planlet (tabel 1 dan 2). Selain itu persentase atau tingkat kematian planlet yang diaklimatisasi mengalami kenaikan yang signifikan dari 0 MST sampai 3 MST, bahkan lonjakan tertinggi dialami dari 2 MST ke 3 MST (tabel 3). Selain dari tabel, data juga dapat dilihat dalam bentuk grafik. (Torres, 1989).
            III. METODOLOGI
3.1.      Tempat dan Waktu
            Praktikum aklimatisasi kultur jaringan  ini dilaksanakan di kebun Yayasan Labiota, Malino Kab. Gowa, pada Hari Sabtu, 9  April  2011 pukul 16.00 sampai selesai.
3.2.      Alat dan Bahan
   Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kotak plastik.  Adapun bahan yang digunakan yaitu air bersih, bibit kentang yang sudah dikulturkan, air, sekam bakar, dan fungisida.
3.3.      Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
a. Keluarkan planlet dari botol dengan hati-hati agar tidak putus dan pastikan bibit tersebut telah berakar, cuci bersih planlet dengan air yang sudah dimasak secara perlahan dan pastikan semua agar-agar sudah tidak ada pada akar planlet
b. Rendam tunas mikro yang telah bersih dengan fungisida 1 g/L selama 10 menit, kemudian keringanginkan.
d. Sekam bakar yang sudah steril dibasahi sampai jenuh dengan air steril, tanam planlet dengan jaraj yang tidak terlalu rapat guna mencagah bibit membusuk,
e. Kemudian tutup  setelah itu letakkan ditempat yang terkena cahaya matahari tidak terlalu banyak. Dan pindahkan secara bertahap ke tempat yang mendapat cahaya matahari yang cukup.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
Gambar: Pembuatan Lubang Untuk Penanaman
Gambar: Pemotongan Planlet
Gambar: Planlet yang telah ditanam
4.2.      Pembahasan
            Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang.
            Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %.
            Pada tanaman kultur jaringan hubungan vascular antara bagian tunas dengan akar umumnya tidak baik sehingga menurunka kondulsi air. Factor lain yang perlu dipahami adalah bahwa kondisi kultur jaringan menyebabkan tanaman tumbuh secara heterotrofik padahal dalam kondisi in-vivo tanaman harus tumbuh secarra autotrofik. Artinya, sumber karbon yang biasanya diberikan dalam medium kultur jaringan disediakan oleh tanamanitu sendiri melalui proses fotosintesis setelah tanaman kultur jaringan dipindahkan ke kondisi in-vivo. Untuk membantu proses aklimatisasi untuk membantu proses aklimatisasi di luar lingkungan  laboratorium biasanya dilakukan terlebih dahulu aklimatisasi kulur jaringan, misalnya dengan menuruunkan kelembaban relative.

V. PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditarik kesimpulan bahwa aklimatisasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam kultur jaringan karena pada tahap inilah planlet hasil kultur jaringan akan beradaptasi baik secara morfologi maupun fisiologi untuk dapat hidup di lapang. Percobaan ini memberikan gambaran bahwa aklimatisasi bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan dengan begitu saja, diperlukan ketelitian dan pengetahuan yang baik agar dapat berhasil. Dari sejumlah planlet yang diaklimatisasi, hanya sebagian kecil saja yang berhasil (dapat dikatakan bahwa tingkat adaptasi tanaman terhadap lingkungan di luar botol kultur adalah lemah). Kematian planlet pada umumnya disebabkan oleh respirasi planlet yang tinggi yang menyebabkan planlet layu dan mati.
5.2.  Saran
            Percobaan aklimatisasi ini sebaiknya menggunakan media tanam yang berbeda-beda sehingga praktikan dapat memperoleh pengetahuan tentang media tanam apa yang lebih baik digunakan untuk aklimatisasi.

Tidak ada komentar: